Leicester City menjadi juara Liga Inggris di musim 2015/16. Pencapaian yang sangat fenomenal. Ini merupakan kisah yang sangat sulit untuk dilupakan.
Musim itu, Leicester berhasil mengatasi dominasi klub-klub mapan seperti Chelsea, Manchester United, dan Manchester City. Keberhasilan Leceister itu ikut mengangkat nama-nama beberapa pemain ke bursa transfer.
Tak elak, beberapa pemain pun dipinang oleh klub-klub besar di Inggris. N'golo Kante dan Danny Drinkwater pergi ke Chelsea, Riyad Mahzrez pergi ke Manchester City dan Harry Maguiere ke Manchester United.
Mereka pergi bukan dengan harga yang murah. Mereka pergi dengan meninggalkan pemasukan keuangan yang cukup besar untuk klub. Kepergian dari beberapa pemain kunci ini tidak menggoyangkan salah satu pilar penting Leicester saat menjuarai Liga Inggris di tahun 2016.
Ya, Jamie Vardy memilih bertahan di Leicester, walaupun dia bisa memilih untuk pergi merasakan suasana klub berbeda. Pastinya, banyak klub siap membuka pintu untuk pemain yang mempunyai naluri mencetak gol seperti dirinya.
Musim ini, lima tahun setelah Leicester raih trofi Liga Inggris, kisah kehebatan Leicester kembali tertulis. Kali ini, Leicester berhasil meraih trofi Piala FA. Tidak tanggung-tanggung, Leicester mengatasi Chelsea yang sementara naik daun bersama Thomas Tuchel.
Kendati Chelsea mendominasi laga final, Leicester tampil kalem. Tak runtuh oleh serangan demi serangan dari pasukan Chelsea sepanjang laga. Skor 1-0 sudah cukup bagi Leicester mengunci trofi dari kejaran Chelsea.
Jamie Vardy kembali menjadi salah satu aktor penting dari kesuksesan Leicester. Kendati tidak pergi mengikuti beberapa rekannya yang pernah meraih trofi Liga Inggris lima tahun lalu, Vardy tetap memberikan yang terbaik untuk Leicester.
Tidak menunggu lama bagi striker timnas Inggris untuk mencicipi gelar juara. Trofi piala FA melengkapi pencapaian dari Vardy. Tanpa bermain untuk klub besar, Vardy bisa mengalami pelbagai gelar yang diidamkan oleh banyak pemain.
Pasalnya, Vardy bukannya kehilangan pamor. Dia tetap dipanggil masuk ke timnas Inggris. Juga, dia pun berkesempatan untuk bermain di Liga Champions. Bahkan musim depan, kalau tidak aral melintang Vardy dan kawan-kawan bisa berlaga di Liga Champions.
Tanpa bermain di klub besar seperti di Liga Inggris, Vardy tetap merasakan pengalaman yang dialami oleh pemain-pemain hebat. Memilih untuk bertahan adalah pilihan yang tetap untuk Vardy.
Pendeknya, Vardy adalah simbol dari Leicester City. Leicester bukanlah tim yang tidak dibangun oleh kekuatan uang, tetapi semangat para pemain untuk menjadi pesaing dari tim-tim besar di Liga Inggris.
Pada musim ini di bawah kendali Brendan Rodgers, Leicester kembali menjadi penggangu tim-tim mapan di Liga Inggris. Sejauh ini, Leicester berada di empat besar Liga Inggris. Peluang untuk bermain di Liga Champions terbuka lebar.
Vardy kembali menjadi tulang punggung Leicester. Kendati tidak muda lagi, Vardy tetap menjadi andalan penting Leicester dalam membobol gawang lawan.
Bisa dikatakan jika kerja keras Vardy merupakan simbol perjalanan Leicester. Vardy sendiri mengawali karirnya di tim yang tidak terlalu dikenal di kotanya, Sheffield pada tahun 2006.
Dia baru bergabung Leicester City di tahun 2012 saat Leicester masih bermain di divisi 2 Liga Inggris. Dengan ini pula, nama Vardy belum dikenal.
Bersama Leicester yang promosi ke Liga Inggris di tahun 2014, Vardy coba membangun reputasinya. Kendati perjalananya lambat, Vardy tak butuh lama menunjukkan kemampuannya di Liga Inggris.
Di tahun 2016, Leicester raih trofi Liga Inggris, dan di tahun 2017, Vardy mencicipi bermain di Liga Champions. Vardy juga dipanggil masuk timnas untuk bermain di Piala Dunia. Jadi secara umum, Vardy bisa merasakan apa yang diidamkan oleh banyak pemain.
Sebagaimana Leicester yang bekerja keras untuk menjadi tim yang disegani di Liga Inggris, demikian pula Vardy. Vardy tidak tunduk pada situasi di mana dia bermain. Bermain untuk Leicester bukanlah halangan baginya untuk mengeluarkan kemampuan terbaik.
Tak ayal, nama Vardy melambung. Keberhasilan Vardy bersama Leicester menjadi kisah inspirasi di dunia sepak bola. Dalam mana, tidak butuh tim besar untuk menjadi yang terbesar. Menjadi terbesar bisa terjadi lewat dedikasi dalam memberikan yang terbaik untuk tim.
Salam Bola
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H