Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Guard of Honour, Antara Tradisi dan Pengakuan untuk Kampiun

15 Mei 2021   11:02 Diperbarui: 15 Mei 2021   11:04 749
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para pemain Sampdoria melakukan aksi guard of honor kepada pemain Inter Milan yang berhasil menjadi kampiun Serie A Italia musim ini. Sumber foto: MSN.com

Berbicara tentang tradisi, pikiran kita selalu terarah tentang sesuatu yang berasal dari masa lampau. Hal itu masih dilakukan hingga saat ini dan bisa diteruskan di waktu yang akan datang.

Keseharian kita pun tak lepas dari tradisi. Ada pelbagai tradisi melingkupi hidup kita. Bahkan tradisi juga menjadi semacam kompas yang mengarahkan kita bagaimana bersikap dalam sebuah komunitas.

Dunia sepak bola pun tak luput dari tradisi. Salah satu tradisi yang masih dihidupi di arena sepak bola adalah aksi guard of honour.

Dalam sepak bola, aksi guard of honour biasa diberikan oleh sebuah tim untuk tim lawan yang berhasil menjadi juara dari sebuah kompetesi tertentu. Biasanya, sebuah para pemain sebuah tim membentuk dua barisan dan kemudian mereka memberikan aplaus untuk tim kampiun yang memasuki lapangan hijau.

Paling tidak, ada dua kejadian guard of honour terjadi di kancah sepak bola Eropa dalam sepekan terakhir ini.

Di Liga Italia, Inter Milan yang berhasil menyabet Scudetto disambut oleh para pemain Samprodia saat skuad Inter memasuki lapangan. Bahkan pelatih Sampdoria, Claudio Ranieri ikut memberikan aplaus atas apa yang telah dicapai oleh Inter di Serie A Italia.

Cukup menarik aksi guarf of honour terjadi di Italia. Pasalnya, tradisi ini begitu kental di Liga Inggris. Hal ini tak lepas dari ide Claudio Ranieri yang pernah melatih di Inggris. 

Selain itu, Manchester City yang berhasil menjadi kampiun Liga Inggris pada pekan ini. Man City mendapat guard of honour dari para pemain Newcastle saat kedua tim bertemu dalam lanjutan Liga Inggris malam tadi.

Sejauh ini, aksi guard of honour bukanlah kewajiban. Tak sedikit klub yang juga menolak untuk melakukan hal itu. Salah satu alasannya adalah rivalitas di antara klub.  

Contohnya, Barcelona pernah menolak melakukan guard of honour untuk rival abadinya, Real Madrid. Saat itu El Real berhasil menjadi juara piala antar klub.

Kendati guard of honour adalah sebuah tradisi, namun pihak klub tidak mewajibkan diri untuk melakukannya. Setiap keputusan untuk melakukan guard of honour atau tidak masih bergantung kepada klub yang bertemu dengan kampiun.

Namun, secara umum hal ini sangat menarik dan bermaknai. Pasalnya, aksi ini bisa membahasakan suportivitas di dunia sepak bola.

Menghormati pencapaian tim lawan bisa membahasakan aksi suportif dari sebuah kompetesi. Dengan ini, sebuah kompetesi bukan menjadi ajang untuk mencari dan menciptakan musuh.  Jadi, sangat baik untuk melakukan aksi ini sembari menjaganya sebagai tradisi yang paling bermakna.

Aksi guard of honor sudah menjadi tradisi. Berdasar pada sejarahnya, aksi guard of honour ini mulai terjadi di tahun 1955. Tepatnya, laga antara MU kontra Chelsea.

Pada saat itu, para pemain MU membuat dua baris dan memberikan tepuk tangan bagi pemain Chelsea saat mereka memasuki ke lapangan (skysports.com 21/4/21).

Sejak saat itu, banyak tim yang melakukan hal yang sama. Alasan paling mendasar adalah untuk memberikan respek kepada tim berhasil memenangkan trofi tertentu.

Tak hanya itu, aksi ini juga diberikan kepada individu tertentu. Terlebih khusus individu yang mempunyai peran dan pengaruh besar dalam sepak bola.

Sir Alex Ferguson pernah mendapat guard of honor dari mantan timnya, MU dan Swansea. Hal ini terjadi karena saat itu merupakan laga terakhir yang dilakonkan oleh Ferguson sebagai seorang pelatih profesional.

Aksi guard of honour bukan sekadar tradisi yang mesti dibuat oleh sebuah tim untuk tim yang telah menjadi kampiun. Lebih jauh, aksi merupakan tanda penghormatan. Respek pada usaha sebuah tim lawan karena berhasil menjadi kampiun merupakan sisi positif terdalam dari sebuah kompetesi.

Pada titik ini, sebuah kompetesi bukan arena untuk mencari musuh. Akan tetapi, wadah untuk menjadi yang terbaik sembari berupaya untuk mengakui kemampuan tim lawan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun