Dua piala berpeluang masuk ke kabinet Chelsea pada bulan Mei ini. Piala FA dan Piala Liga Champions. Guna meraih piala-piala ini, Chelsea harus menundukkan tim-tim yang tak boleh dipandang sebelah mata.Â
Dalam final Piala FA pada pekan ini, Chelsea berhadapan dengan Leicester City, tim kuda hitam yang kerap merumitkan tim-tim besar di Liga Inggris.
Sementara di final Liga Champions, Chelsea harus bertemu dengan juara Liga Inggris musim ini, Manchester City. Pertemuan final Liga Champions yang sudah dipindahkan ke Lisbon, Portugal ini menjadi misi yang sangat berat bagi Chelsea.
Di balik dua laga final yang bakal sulit dan menegangkan ini, Chelsea juga sementara berada dalam performa yang positif. Thomas Tuchel yang direkrut awal tahun ini menggantikan Frank Lampard yang dipecat oleh klub langsung menunjukkan tajinya sebagai pelatih yang pantas untuk melatih Chelsea.
Chelsea tampil impresif dan konsisten meraih hasil positif. Bahkan Chelsea tak sekadar raih hasil konsisten. Tuchel juga berhasil menaikan mentalitas Chelsea menjadi tim yang tak gampang tunduk pada tim-tim besar di Liga Inggris dan di Eropa.
Contohnya, dalam 2 laga yang dilakonkan Chelsea semenjak dilatih Tuchel kontra tim kuat di Liga Inggris, Man City. Chelsea berhasil mengalahkan pasukan Pep Guardiola dengan strategi kemenangan yang cukup meyakinkan dari 2 laga yang sudah terjadi.
Di level Eropa, Tuchel berhasil meredam Real Madrid yang sarat pengalaman di Semifinal Liga Champions. Berkat kemenangan kontra Madrid, Chelsea berhasil melaju ke partai final dengan langkah pasti dan optimis.
Hasil-hasil positif ini tentu saja dorongan moral dan alasan untuk berpikir optimis dalam menghadapi dua final pada bulan ini. Pendeknya, tidak ada yang mustahil bagi Chelsea untuk meraih 2 piala apabila menilik penampilan mereka di bawah komando Thomas Tuchel sejauh ini.
Namun, petaka awal sepertinya tiba. Chelsea mengalami kekalahan kontra Arsenal (0-1) dalam lanjutan kompetesi Liga Inggris (13/5/21).
Sebenarnya, Chelsea bermain dominan atas Arsenal. Chelsea unggul dalam tembakan ke gawang dan penguasaan bola. Kendati demikian, gol selalu menjadi penentu dari sebuah pertandingan.
Gol tunggal yang dicetak pada menit ke-16 membuyarkan mimpi Chelsea untuk menggeser Leicester City dari posisi ke-3 klasemen sementara Liga Inggris. Gol yang dicetak pada menit awal itu sangat menyakitkan karena dominasi Chelsea tumpul hingga peluit akhir laga ditiup.
Situasi yang dialami Chelsea kontra Arsenal bisa saja terjadi. Dalam mana, sebuah tim menghasilkan gol di menit-menit awal dan kemudian bermain rapat setelah mendapatkan gol.
Maka dari itu, kekalahan dari Arsenal kemarin tidak boleh dipandang ringan. Kekalahan seperti ini seyogianya menjadi awasan bagi Chelsea agar bisa mempersiapkan diri dalam menghadapi 2 laga final yang terjadi pada bulan ini. Salah langkah dan tidak waspada bisa berujung pada nihil titel di akhir musim.
Pada pekan ini (16/5/21), Chelsea akan bertemu dengan Leicester City di final Piala FA. Kekalahan dari Arsenal bisa menjadi bahan evaluasi menghadapi laga penting ini. Juga, laga ini menjadi kata pengantar bagi Chelsea untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi final Liga Champions pada akhir bulan ini.
Ya, selalu ada pelajaran untuk sebuah tim dari sebuah kekalahan. Bahkan lebih baik mengalami kekalahan di tengah situasi puncak agar tim bisa sadar pada kelemahan yang ada. Kalau tidak, tim seolah merasa superior dan melupakan kelemahan dan mengabaikan kelebihan tim lawan.
Kekalahan kontra Arsenal menjadi awasan bagi Tuchel. Performa positif yang telah dibangunnya tetap berjalan pada arah yang tepat. Yang dibutuhkan adalah tetap waspada pada setiap kemungkinan yang terjadi sembari belajar pada kekalahan yang dialami timnya. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H