Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Ketika Anggota Liga Super Eropa Bukan Lagi Tim Super di Liga Domestik

19 April 2021   08:33 Diperbarui: 19 April 2021   08:35 509
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: Getty Images via Goal.com

Wacana liga super Eropa (European Super League) mencuat ke permukaan dan mewarnai berita bola hari ini. Paling tidak, ada 12 klub yang sudah sepakat untuk menjalankan format kompetesi Liga Super Eropa ini. Kabarnya format kompetesi ini dimulai musim 2023/24.

Dengan munculnya wacana ini, kompetesi Liga Champions pun berada di ujung tanduk. Pihak UEFA sendiri mengecam ide tentang super liga Eropa ini. Bahkan UEFA mengeluarkan ancaman yang cukup serius bagi klub-klub yang terlibat dalam liga super Eropa ini.

Ya, kalau Liga Super Eropa ini terjadi, kompetesi Liga Champions terancam. Barangkali kompetesi Liga Champions tetap ada namun klub-klub yang terlibat di Liga Super Eropa tidak turut terlibat. Jadinya, kompetesi menjadi kurang seru karena tidak melibatkan klub-klub yang secara tradisi bermain di Liga Champions. 

Agak menyedihkan kalau kompetesi Liga Champions dihilangkan dan turun kualitas. Bukan rahasia lagi jika kompetesi Liga Champions merupakan salah satu kompetesi yang menarik perhatian banyak suporter sepak bola. 

Kalau format ini dihilangkan, saya kira tidak sedikit pihak yang kecewa dan sedih. Belum tentu juga kompetesi Liga Super Eropa bisa memenuhi ekspetasi pencinta sepak bola, walaupun komposisi klub-klub yang ada dalam liga super Eropa ini tidak bisa diragukan lagi. 

Yang menarik dari kompetesi Liga Champions adalah kejutan. Kejutan dari klub-klub yang liganya kerap dipandang sebelah mata. 

Sementara itu, di liga super Eropa terbilang klub-klub yang terlibat mempunyai nama-nama besar. Bahkan rencananya 15 dari 20 klub yang terlibat dalam Liga Super Eropa ini adalah anggota tetap yang sudah otomatis selalu terlibat dalam kompetesi. Dalam arti, posisi mereka di Liga domestik tidak akan serta merta mempengaruhi posisi mereka di super Liga Eropa (Goal.com 19/4/21). 

Kalau di Liga Champions, formatnya tergantung pada posisi klub di kompetesi domestik. Makanya, akan sangat sulit bagi klub-klub yang berperfoma gemilang di level domestik, namun karena bukan anggota liga super, mereka pun tidak bisa terlibat. 

Rencana membangun Liga Super Eropa ini selalu bertolak dari kepentingan dan pertimbangan tertentu. Garry Neville melihat format ini lebih sebagai kepentingan finansial. Klub-klub yang terlibat di dalamnya lebih tertarik pada aspek keuntungan finansial dari kompetesi ini.  

Kalau dugaan Neville benar, ini menunjukkan degradasi yang cukup tajam di dunia sepak bola. Dalam mana, kepentingan moneter sudah mendapat tempat pertama dari nilai dan makna kompetesi itu sendiri. Pasalnya, tiap tim akan bermain karena faktor uang, dan bisa mengabaikan aspek sportivitas di antara klub. 

Selain itu, wacana Liga Super Eropa ini patut mempertanyakan klub-klub yang terlibat di dalamnya. Apakah klub-klub yang merupakan anggota liga super ini terbilang klub super di level domestik?

Barangkali dari aspek nama, sejarah, dan keuangan, klub-klub ini dikatakan sebagai klub-klub super. Namun, dari sisi performa, beberapa klub terbilang anjlok di level domestik. Sebut saja, Arsenal dan Tottenham di Liga Inggris. 

Sejauh ini, kedua klub ini tidak berada zona liga champions. Kemungkinan besar, musim depan keduanya tidak bermain di Liga Champions. Keduanya malah kalah dari Leicester City yang selalu tampil konsisten di beberapa musim terakhir. Dengan kata lain, Arsenal dan Tottenham masih kalah super daripada Leicester City yang melajut ke final piala FA pada musim ini.  

Selain itu, beberapa klub juga tidak terlalu tampil gemilang saat bermain di Liga Champions. Barangkali kita masih ingat ketika Porto menyingkirkan Juventus di babak perdelepan final. Porto yang tidak berada di jajaran klub yang pro dengan liga super Eropa bisa menyingkirkan Juventus.  

Dengan ini, format liga super Eropa terbilang hanya pro untuk klub-klub tertentu. Selain demi kepentingan finansial, juga demi eksistensi mereka di sebuah kompetesi. 

Namun, kalau dilihat lebih jauh, kompetesi ini bisa menghadirkan kebosanan. Akan sangat sulit menemukan kejutan-kejutan seperti yang terjadi di Liga Champions. Memang, tingkat tensi di antara klub akan tinggi karena faktor kebesaran klub. Akan tetapi, lebih menarik kalau ada sisi kejutan yang membuat klub-klub kecil bisa bersaing ketat dengan klub-klub besar di daratan Eropa. 

Salam 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun