Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Perjamuan Terakhir, Bukan Sekadar Kenangan Masa Lampau!

1 April 2021   10:50 Diperbarui: 1 April 2021   12:46 681
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: www. theworldnews.net

Bagi umat Kristen Katolik, hari ini dimaknai sebagai hari Kamis Putih. Hari Kamis Putih merupakan bagian tak terpisahkan dari perayaan paskah. Boleh dikatakan, hari Kamis Putih menjadi titik awal petualangan iman umat dalam merenungkan perayaan paskah.

Salah satu aspek penting yang dirayakan pada hari Kamis Putih ini adalah perjamuan Terakhir. Ada banyak makna yang bisa dipetik dari peristiwa perjamuan terakhir Yesus dengan para murid-Nya.

Makna yang tersimpan di balik perjamuan terakhir itu pun memperjelas kalau perjamuan terakhir bukanlah sekadar perjamuan biasa. Apalagi kenangan dari masa lampau.

Perjamuan terakhir ini menjadi luar biasa karena ini menjadi landasan iman bagi umat Katolik dalam merayakan perayaan misa (Ekaristi) sampai saat ini. Perayaan misa yang biasanya dirayakan pada hari Minggu oleh umat Katolik merupakan salah satu upaya untuk mengenang perjamuan terakhir Yesus dan para murid.

Menghidupkan kenangan ini merupakan upaya untuk membawa Yesus pada konteks saat ini. Dalam iman, Yesus benar-benar hadir lewat perayaan misa. Jadi, bukan sekadar peringatan masa lampau, tetapi ada keyakinan jika Tuhan Yesus terlibat dalam perayaan misa yang dirayakan pada saat ini.

Selain itu, salah satu peristiwa yang terjadi di perjamuan terakhir membawa umat pada teladan hidup Yesus yang harus diikuti. Teladan itu bersumber dari cara Yesus dalam melayani para murid pada perjamuan terakhir.

Salah satu hal yang kerap dipraktikkan pada perjamuan terakhir adalah pembasuhan kaki. Karena situasi pandemi korona saat ini, pihak gereja umumnya meminta untuk meniadakan praktik atau pun menyederhanakannnya.

Kalau tidak, setiap perayaan misa Kamis Putih, pembasuhan kaki menjadi ritual yang memberikan makna tentang pelayanan Yesus.

Biasanya, penyucian kaki itu melibatkan 12 orang umat. Ini mengingatkan umat pada 12 rasul Yesus yang dibasuh kaki mereka pada perjamuan terakhir. Penyucian kaki ini mempunyai makna terdalam. Salah satu maknanya adalah pelayanan.

Pelayanan yang ditunjukkan lewat kerendahan hati Yesus, yang diakui sebagai guru dan diyakini sebagai Tuhan oleh para murid-Nya. Dia rela membasuh kaki para murid-Nya. Suatu praktik yang berseberangan dengan pandangan umum, di mana para murid-lah yang seharusnya melayani guru mereka.

Akan tetapi, pelayanan ini merupakan panggilan Yesus bagi para murid untuk meneladani-Nya. Para murid sekiranya meneladani Tuhan Yesus dalam melayani. Melayani itu mesti dibaluti oleh kerendahan hati. Rendah hati untuk melayani siapa saja tanpa peduli status dan pangkat.

Makanya, perjamuan terakhir bukan sekadar kesempatan terakhir Tuhan Yesus berada dengan para murid. Namun, ini juga menjadi momen di mana Yesus mengajarkan para murid pada bagaimana mereka harus menjalankan tugas mereka kalau Yesus pergi dari antara mereka. Paling tidak, mereka menjadi murid yang bisa melayani siapa saja.

Landasan pelayanan perjamuan terakhir pun menjadi landasan cara hidup dari pemimpin agama Katolik. Sekiranya, teladan yang telah ditinggalkan Tuhan Yesus hidup lewat cara hidup para pemimpin agama sampai saat ini. Jadi, teladan itu pun tidak diperuntuhkan untuk ke-12 murid yang hidup di masa hidup Yesus.

Landasan pelayanan pun itu hidup sampai saat ini. Pelayanan Yesus yang dinyatakan di perjamuan terakhir menyata lewat cara hidup umat, terlebih khusus para pemimpin agama. Para pemimpin agama sekiranya menunjukkan sikap sebagai pelayan yang rendah hati sebagaimana yang telah ditunjukkan oleh Tuhan Yesus.

Hari Kamis Putih ini, umat Kristen Katolik akan memperingati pengalaman perjamuan terakhir Yesus dan para murid-Nya. Pengalaman itu bukan sekadar catatan sejarah dari masa lampau. Perjamuan itu benar-benar hidup sampai saat ini lewat persatuan umat dalam merayakan misa dan cara hidup umat yang percaya dalam rupa pelayanan yang rendah hati di antara satu sama lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun