Saat atasan tidak peduli bisa muncul rasa bersalah di dalam diri. Mulai mencurigai siapa saja yang dekat dengan pimpinan.
Persoalan lainnya ketika atasan memberikan teguran atas sebuah kesalahan tertentu. Teguran dari atasan seperti beban yang sangat berat hingga melihat peluang untuk bangkit dari keterpurukan dinilai sudah tertutup rapat. Efek lanjutnya menjadi tidak percaya diri hingga memutuskan untuk berhenti dari pekerjaan.
Motif bekerja memuaskan atasan semata kerap membuat seseorang tidak bebas bekerja. Setiap pekerjaan selalu dipertimbangkan dari sisi selera dan minat atasan. Jadinya, tidak bisa menunjukkan hal baru yang bisa memberikan pandangan baru kepada atasan.
Setiap gerak laku dan hasil kerja selalu dipertimbangkan dari sudut pandang atasan. Kalau gerak laku dan hasil kerja berbeda dengan selera atasan, ada kecenderungan merasa diri bersalah. Juga, merasa tidak percaya diri untuk mengaktualisasikan diri.
Padahal, kalau coba menunjukkan hal-hal baru, bisa saja mata seorang atasan terbuka. Dia bisa melihat hal-hal baru yang bisa ditawarkan di tempat kerja. Dengan ini pula, seorang pegawai bisa mendapat catatan positif.
Selain itu, dia bisa mengaktulisasikan diri dengan bebas dan terbuka. Asalkan aktualisasi diri masih searah dengan orientasi yang terbangun di tempat kerja. Dengan kata lain, tidak sekadar menunjukkan kemampuan bekerja dan merugikan iklim di tempat kerja.
Ketika hanya bekerja menurut pola pikir dan laku atasan, cara kerja menjadi terbebankan. Beban karena hanya mau mengimitasi apa yang sudah pernah dibuat sebelumnya. Jadinya, hasil kerja menjadi stagnan. Juga, kemampuan diri juga tidak berkembang karena tidak dipacu untuk mencoba hal-hal baru.
Memang, bekerja harus tetap menghormati atasan. Menghormati atasan bukannya membentuk diri sebagai pekerja yang hanya menyenangkan atasan. Akan tetapi, bekerja dengan memberikan kemampuan terbaik. Atasan senang dan puas hanyalah efek lanjut dari upaya keras yang kita lakukan dalam menunjukkan kemampuan terbaik di tempat kerja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H