Menjadi sangat penting ketika orangtua berperan untuk mengarahkan anak mereka untuk melihat prospek dari relasi itu ke jenjang pernikahan.Â
Tentunya, tidak ada pemaksaan. Dalam mana, saat anak mereka berpacaran, orangtua menginginkan agar pacarnya itu secara mutlak harus menjadi calon suami/istrinya kelak. Tidak seperti itu.Â
Harus perlu disadari bahwa relasi berpacaran itu bisa saja berakhir. Di hadapan situasi ini, peran orangtua sebagai pengontrol terlihat ketika mengarahkan pikiran anak untuk menerima kenyataan saat mereka putus dari pacarnya.Â
Toh, banyak orang yang berpacaran dalam jangka waktu yang lama, namun relasi itu akhirnya harus berakhir. Berpacaran hanya proses menuju jenjang pernikahan, dan proses itu bisa saja kandas. Barangkali sebabnya ada persoalan yang sulit terpecahkan.
Di hadapankan pada situasi seperti ini, orangtua juga harus siap menerima kenyataan itu. Tidak serta merta menghakimi mantan pacar anak mereka. Juga, tidak serta merta menyalahkan satu pihak dan membenarkan anak mereka.
Andaikata orangtua sudah dilibatkan dalam relasi berpacaran, pastinya mereka akan tahu banyak tentang relasi itu.Â
Pengetahuan itu bisa menjadi bekal bagi orangtua saat berhadapan dengan realitas, di mana relasi berpecaran anak mereka berakhir di tengah jalan.
Sekiranya, orangtua melihat situasi yang terjadi sembari berupaya untuk menenangkan anak mereka dari situasi kalut karena putus dengan pacarnya. Daripada terbenam pada situasi sulit yang terjadi pada anak mereka, lebih baik orangtualah yang berupaya mengembalikan semangat anak mereka.
Putus dari berpacaran bukanlah akhir dari sebuah relasi. Bisa saja, putusnya relasi itu bisa berujung pada berkat yang lebih baik. Orangtua bisa mempunyai peran dalam relasi pacaran anak mereka.Â
Peran mereka bisa terbatas pada aspek mengontrol agar anak mereka tidak masuk pada hal-hal yang salah. Kontrol itu tidak boleh membebankan anak hingga anak harus berbohong ketika menjalin relasi dengan pacar mereka.
Kontrol itu lebih merangsang keterbukaan anak untuk bercerita tentang relasi yang sementara dibangunnya. Dengan itu, anak mereka juga bisa menjelaskan situasi sulit yang terjadi, misalnya, ketika memutuskan untuk menikah atau juga mengakhiri masa berpacaran.