Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Susahnya Jose Mourinho Mengakui Kemenangan Pep Guardiola

14 Februari 2021   16:16 Diperbarui: 14 Februari 2021   16:41 318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pep Guardiola (kiri) dan Jose Mourinho (kanan). Sumber foto: Skysports.com

Manchester City berhasil mengalahkan Tottenham Hotspur dengan 3 gol tanpa balas di stadium Etihad. Duel ini tak saja memperpanjang rekor kemenangan Man City. Ini bisa menjadi kesempatan Mou untuk mengakhiri dominasi Pep di Liga Inggris pada musim ini. Dengan ini pula, Mou mengikuti jejak Jurgen Klopp yang harus tunduk pada kemampuan Man City.

Pep dan anak-anak asuhnya memperpanjang rekor 16 kali menang beruntun di semua kompetisi. Catatan ini menjadi bagian sejarah dari sebuah klub di daratan Inggris.   

Mou dan Pep merupakan rivalitas klasik antara pelatih kelas dunia di sepak bola. Rivalitas yang sudah dimulai semenjak Pep melatih Barca dan Mou berada di Inter Milan. Rivalitas itu berlanjut ketika Mou datang ke Real Madrid. Tercatat kedua pelatih ini sudah bertemu dalam 26 laga.

Tak jarang, kedua pelatih kerap berperang kata-kata. Laga juga berlaku panas. Pernah tercatat taktik tika-taka ala Pep di Barca harus tunduk pada taktik parkiran bus di tangan Mou.

Di Inggris, Mou harus berhadapan lagi dengan kekuatan Pep yang terlihat tak terkalahkan. Boleh dikatakan, pada musim ini Pep mempunyai  kedalaman skuad yang cukup komplit. Tak heran, timnya ini begitu sulit untuk dikalahkan atau pun terjerembab pada hasil seri.

Seorang Mourinho tetaplah Mourinho. Sangat sulit untuk menerima kekalahan. Kalah 0-3 dari Man City dilihat dari kaca mata berbeda. Mou menolak untuk mengakui kemenangan Man City.

Melansir berita dari Manchester Evening News (13/2/21), Mou menilai bahwa kemenangan yang diraih oleh Man City tak lepas dari apa yang dinamakan dengan "modern penalty" atau penalti modern.  

Peristiwa penalti ini terjadi ketika Ilkay Gundogan dilanggar ataukah terantuk dengan kaki pemain Tottenham, Pierre Emile Hojbjerg. Wasit langsung mengecek VAR. Dari hasil pengecekan, itu merupakan penalti.

Rodri dipercayakan menjadi algojo Man City. Tendangan penaltinya berbuah gol. Itu pun memecah kebuntuan dari skor laga yang sementara 0-0. Akhir cerita, Gundogan menambah sepasang gol yang membuat Tottenham pulang dengan tangan hampa.

Mou sendiri menilai hal itu bukanlah tendangan penalti, melainkan tendangan bebas untuk timnya. Lebih jauh, Mou menilai jika VAR terlihat gagal untuk mempengaruhi keputusan wasit secara tepat.

Menurut Mou, "modern penalty" terjadi ketika jika seorang menyentuh jari telunjuk dari pemain lawan dan dia jatuh di dalam area kotak penalti, itu bisa menjadi penalti. Mou menilai kadang-kadang para pemain jatuh karena ada sentuhan, kadang karena ujung kaki, kadang-kadang dengan jari telunjuk, dengan hidung. Hanya karena ada kontak, wasit memberikan hadiah penalti, apalagi setelah melihat VAR.

Hal itulah yang disebut oleh Mou sebagai modern penalti. Mou pun menilai bahwa di beberapa laga, beberapa tim begitu gampang jatuh di area kotak penalti karena ada pengaruh VAR.

Bagi Mou, ketika sepak bola dimainkan untuk orang-orang yang berani, itu bukanlah penalti. Namun saat ini di era modern, insiden kecil disebut sebagai penalti. Karena itu, dia menilai hal seperti kadang mengubah alur permainan sebagaimana yang terjadi di dalam laga antara Man City dan Tottenham Hotspur.   

Kata-kata Mou selepas laga kontra Man City bisa mebahasakan kekecewaan dan sinis pada kemenangan yang diraih oleh rival beratnya, Pep Guardiola. Boleh jadi, Mou tidak mau menerima kekalahan yang dialaminya di tangah Pep Guardiola. Bahkan, Mou menolak kehebatan Pep dalam meracik timnya untuk menghadapi pasukan Mourinho.

Sejauh ini Man City bukanlah tim kacangan. Tim asuhan Pep Guardiola sementara on fire. Catatan kemenangan demi kemenangan yang diraih oleh Man City bisa membahasakan tentang keseimbangan timnya.

Sebaliknya, Tottenham belum tampil konsisten. Dari lima pertandingan terakhir, Tottenham hanya menang sekali dan 4 kali kalah. Dengan ini, kondisi tim tidak berada dalam kondisi prima sebagaimana yang terjadi di Man City.

Makanya, daripada hanya melihat kesalahan yang terjadi dalam laga kontra Man City, Mou sekiranya menerima kekalahan itu sembari memikirkan masa depannya di Tottenham. Arah dari Tottenham di Liga Inggris sementara timpang. Empat kekalahan dari lima laga terakhir bisa menjadi alarm serius yang bisa membuat Mou harus angkat kaki dari Tottenham. (*GobinDd)  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun