Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Haruskah Ikut Ajakan Bu Susi Unfollow Abu Janda?

31 Januari 2021   22:36 Diperbarui: 31 Januari 2021   23:00 485
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Latar belakang membangun relasi pertemanan di media sosial berwarna-warni. Juga, hal mengikuti akun tertentu pun bisa dilatari oleh pelbagai hal. Hal itu bisa terpengaruh kedekatan kekeluargaan, pertemanan dengan pelbagai latar belakang hingga soal minat serta ketertarikan pada sosok tertentu dan tema tertentu. 

Umumnya, kita akan senang mengikuti akun tertentu karena ada manfaat yang diperoleh. Bisa setiap hari kita berupaya untuk mendekatkan diri dengan akun tertentu. Apa yang dituang pun kerap menjadi rujukan. Rujukan untuk berkata dan melakukan sesuatu.

Pada saat akun yang kita ikuti tidak mempost sesuatu, kita merasa kehilangan. Namun, saat kita melihat ada postingan yang dituangkan, kita begitu tertarik untuk menyelaminya. Bahkan kita pun tidak segan untuk membagi postingan yang berasal dari akun yang kita sukai.  

Namun, kalau tidak ada manfaat atau pun akun menyimpang dari apa yang kita inginkan, kita pun berhak untuk memutus tali pertemanan. Terlebih lagi, akun yang sudah menyimpang dari intensi dasar kita mengikutinya.

Pendeknya, soal pertemanan di media sosial dan prihal mengikuti akun media sosial kerap bergantung pada diri kita sendiri. Tidak ada pemaksaan. Begitu pula, ketika kita ingin memutus tali pertemanan dan berhenti mengikuti akun tertentu. 

Tentunya, keputusan kita bergantung pada pelbagai pertimbangan tertentu. Pertimbangan itu bisa berupa masukan yang diberikan oleh orang lain dan dampak akun yang kita ikuti. Kita berhenti mengikuti sebuah akun karena kita sudah berpikir secara matang untuk mengambil keputusan. 

Hemat saya, tidak soal berhenti mengikuti akun media sosial. Sejauh itu terlahir dari pertimbangan yang matang dan asas manfaat, hal-hal itu dianggap sah-sah saja. 

Soal mengikuti akun di medsos bisa saja hanya menunjukkan minat dan kepentingan seseorang.  Tidak terlalu membahasakan terlalu dalam tentang karakter seseorang. 

Beberapa hari ini kita dihadapkan dengan berita soal ajakan Bu Susy Pudjiastuti, mantan menteri perikanan di era Jokowi periode pertama, yang mengajak untuk meng-unfollow akun dari Abu Janda. Saya sendiri bukanlah pengikut akun dari Abu Janda. Jadi, ajakan itu tidak berdampak secara langsung.

Namun, lebih jauh ajakan itu perlu ditelaah. Ajakan itu merupakan bentuk undangan. Undangan dalam konteks bermedia sosial. Pada titik ini, media sosial mempunyai peran yang sangat luar biasa bagi kehidupan nyata.

Andaikata ajakan Bu Susi ini diikuti bulat-bulat oleh pengikut Abu Janda, tentu saja hal ini bisa membahasakan pengaruh Bu Susy. Namun kalau sebaliknya, hal ini bisa menjadi tendangan balik untuk Bu Susi. Dalam mana, seruannya bertepuk sebelah tangan. Tidak ada efek sekalipun untuk publik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun