Persoalannya, ketika MU yang merasa diri tertekan. Ini bisa mempengaruhi penampilan MU pada laga-laga berikutnya. Alhasil, MU bisa keluar dari jalur calon peraih titel Liga Inggris.
Pada situasi ini, MU sekiranya belajar dari Chelsea. Pernah berada pada level puncak dan tampil konsisten. Kekalahan menghampiri. Bukannya segera bangkit, Chelsea malah berhadapan dengan sederet hasil negatif. Situasi pun cepat berubah di tubuh Chelsea. Chelsea gagal mempertahankan konsistensi. Alhasil, Chelsea harus melorot dan keluar dari empat besar.
Kekalahan kontra Shiefield United bisa menjadi momen untuk belajar bagi anak-anak asuh Ole Gunnar Solksjaer. Sebaliknya itu bukan menjadi titik mundur.
Kekalahan itu tidaklah mengakhiri peluang MU untuk meraif titel Liga Inggris musim ini. Peluang masih terbuka. Peluang itu makin terbuka kalau MU kembali ke tren positi. Terus menempel Man City dan tidak terbenam pada kekalahan selanjutnya.
Menekan Man City pun tidak boleh dipandang sebagai beban. Malah itu menjadi motivasi untuk memompa MU untuk terus berpacu di jalur yang tepat. Apabila MU terbebankan karena mau menekan Man City, hal itu malah menekan balik mentalitas MU. Pendeknya, MU hanya fokus pada bagaimana untuk meraih trofi dan tidak terlalu fokus pada tim yang berada di puncak. Fokus itu tercipta ketika MU menjaga penampilan terbaik mereka.Â
Salam Bola
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H