Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Bahas Gaji Saat Bertemu Teman, Apakah Masih Dianggap Tabu?

20 Januari 2021   19:02 Diperbarui: 23 Januari 2021   15:14 655
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dua pekan lalu, saudari saya diterima di tempat kerja baru. Selain mengucapkan selamat atas pekerjaan barunya itu, saya juga bertanya tentang gajinya terkait berapa gaji yang diperolehnya selama sebulan.

Pertanyaan saya tidak terjawab secara langsung. Dia hanya menjawab cukup untuk membeli pulsa dan kosmetik. Mendengar itu, saya tertawa. Kelihatannya pertanyaan saya tidak terlalu berkenan.

Jawaban itu juga cukup membingungkan. Kadang kala jawaban itu bisa memantik rasa ingin tahu agar bisa mengetahui jumlah gaji yang diterima. Namun, lebih jauh pertanyaan soal gaji barangkali terbilang pertanyaan yang cukup sensitif bagi orang yang ditanyai. 

Apalagi ketika jumlah gajinya tidak seberapa dibandingkan dengan pekerjaan yang digeluti dan yang diharapkan oleh orang lain. Bukan tidak mungkin, karena jumlah gaji yang diperoleh, orang pun bisa menilai jenis pekerjaannya.

Misalnya, jumlah gajinya begitu kecil, orang pun menilai bahwa pekerjaannya tidak terlalu menarik. Atau juga, jumlah gaji yang kecil membuat orang berpikir jika pekerjaan bergaji seperti itu adalah pekerjaan rendahan.

Mungkin situasinya berbeda dengan orang yang mempunyai gaji tinggi. Tak sedikit orang yang percaya diri menjawab kalau jumlah gaji yang diperoleh sangatlah besar. Namun, ada juga yang tidak menjawab dan membiarkan itu sebagai hal yang sangat privasi. Tidak mau soal gaji, walaupun berjumlah besar sebagai bahan pembicaraan.

Namun, ketika orang menjawab dengan jumlah gaji yang besar, penilaian pun tertuju pada pekerjaan dan jabatan yang sedang digeluti. Dengan kata lain, jumlah gaji itu bisa membuat orang menilai kualitas pekerjaan dan jabatan seseorang.

Seorang tetangga saya pernah berkomentar tentang tetangganya yang membangun rumah kedua, dapat dikatakan rumah yang dibangun cukup mewah. Padahal, mereka tidak mempunyai anak sama sekali. Rumah pertama sebenarnya sudah cukup sebagai tempat tinggal untuk dirinya dengan anak asuh mereka.

Tetangga itu berkomentar bukan tentang rumah itu saja. Akan tetapi, dia berkomentar tentang suami dari tetangganya itu yang bekerja di luar negeri. 

Suaminya bekerja sebagai insinyur di perusahan minyak di Timur Tengah. Dalam anggapannya, pekerjaan itu menghasilkan gaji yang besar karena pekerjaannya sebagai insinyur di perusahan minyak.

Karena itu pula, tak sedikit yang beranggapan bahwa pekerjaan sebagai insinyur di luar negeri adalah pekerjaan yang menghasilkan gaji yang cukup besar. Makanya, mereka merasa tidak heran kalau ada orang yang bekerja seperti insinyur di perusahan minyak atau pun sebagai pekerja kapal di luar negeri bisa membangun rumah yang mewah. Menurut sebagaian dari mereka, pekerjaan seperti itu kerap menghasilkan jumlah gaji yang cukup besar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun