Saudariku harus putar haluan kerja, dari pekerja kantor dan kadang-kadang penyuluh lapangan, dia harus menghadapi realita baru, yaitu mengajar di ruang kelas dan menjadi seorang guru.
Ketika saya tanyakan tentang pekerjaan barunya, dia hanya mengatakan kalau dia agak sangsi dengan kemampuannya. Kemampuan untuk mengajar di depan kelas.
Pasalnya, secara umum sewaktu kuliah dia tidak dipersiapkan untuk menjadi seorang guru. Dia dipersiapkan untuk bekerja di kantor dan penyuluh di lapangan.
Barangkali pekerjaan sebagai penyuluh di tengah masyarakat sejak selesai kuliah sedikit membantunya beradaptasi dengan dunia mengajar di ruang kelas. Pengalamannya memang tidak seberapa, tetapi paling tidak menjadi bekal untuk menghadapi tempat baru.
Situasi ruang kelas sangat berbeda. Para siswa bisa saja berbeda dengan masyarakat yang ditemui selama penyuluhan di lapangan. Juga, dari sisi usia dan kepentingan, para siswa dan masyarakat mempunyai kepentingan bisa yang berbeda sama sekali.
Boleh jadi, para siswa hanya mau mendapatkan nilai bagus dan kelak memperoleh ijasah di akhir masa belajar. Tidak terlalu peduli apakah pengetahuan terserap ataukah tidak. Makanya, seorang guru harus siap menghadapi kenyataan ketika para siswa hanya belajar dan mengerjakan tugas demi mendapatkan kepentingan itu.
Tak masalah ketika para siswa betul-betul belajar untuk memperoleh pengetahuan. Niat seperti ini bisa memompa seorang guru untuk meningkatkan level pengetahuannya agar bisa memuaskan dahaga para muridnya.
Sebaliknya, masyarakat yang dihadapi di lapangan, mereka bisa saja membutuhkan pengetahuan tertentu agar bisa diaplikasikan langsung di lapangan kerja mereka. Karena ini, semangat untuk mencari dan menanyakan hal-hal baru sangat tinggi, bahkan mereka pun lebih berinisiatif untuk mencari pengetahuan baru.
Dari seorang penyuluh yang sempat turun di masyarakat, adik saya harus masuk ke ruang kelas dan berhadapan dengan para siswa. Ruang kelas untuk anak-anak sederajat bangku SMA. Pengalaman yang tidak gampang tentunya.
Pindah haluan ini bukanlah persoalan dan beban ketika menimbang tujuan atau intensi dari pindah haluan tersebut. Kalau memang pindah haluan karena soal ketersediaan pekerjaan, boleh jadi hal itu bisa menimbulkan beban di kemudian hari. Ujung-ujungnya itu bisa menciptakan krisis pada diri sendiri.
Akan tetapi, ketika pindah haluan itu dilatari oleh panggilan jiwa seperti minat pribadi dan kecintaan untuk menjadi seorang guru, tempat kerja baru tidak akan dipandang sebagai beban. Malahan itu bisa menjadi tantangan dan tempat belajar yang bisa memperkaya diri. Dengan kata lain, menjadi guru merupakan sebuah panggilan yang sangat diminati, disukai, dan bahkan bisa dihidupi.
Saya bertanya kepada seorang teman guru tentang situasi belajar mengajar di tengah masa pandemi. Dia berbicara banyak hal dan dia juga mengatakan kalau gara-gara pandemi, mereka -- para guru -- jauh lebih sibuk daripada waktu-waktu sebelumnya. Bahkan mereka juga mempunyai tantangan yang jauh lebih besar.
Lalu, saya bertanya apakah hal itu membebankan dirinya. Dia mengatakan bahwa kalau pekerjaannya sebagai guru tidak membebankan dirinya karena dia mencintai pekerjaannya sebagai seorang guru. Atas dasar ini, kesibukan dan beban kerja selama masa pandemi bukanlah persoalan yang membuatnya menyesal menjadi seorang guru.
Hal yang sama juga ketika pindah haluan dalam bekerja. Pindah haluan karena alasan ketersediaan pekerjaan kerap kali berujung pada rasa sesal dan beban di dalam diri karena pekerjaan itu tidak sesuai dengan minat pribadi, tetapi karena faktor mengisi ketersediaan pekerjaan yang tersedia.
Akan tetapi, ketika pindah haluan pekerjaan karena kecintaan dan minat pribadi pada pekerjaaan yang tersedia, hal ini bisa membuat seseorang bertahan. Bahkan seturut perjalanan waktu dalam bekerja, yang bersangkutan bisa bertahan dan semakin mencintai pekerjaannya itu.
Karenanya, pindah haluan jenis pekerjaan sangat bergantung pada minat dan kecintaan seseorang pada pekerjaan orang tersebut. Kalau pindah haluan didasarkan pada minat dan kecintaan pada bidang pekerjaan itu, pindah haluan malah bisa menjadi awal untuk membangun diri menjadi pribadi yang lebih baik.
Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H