Akan tetapi, ketika pindah haluan itu dilatari oleh panggilan jiwa seperti minat pribadi dan kecintaan untuk menjadi seorang guru, tempat kerja baru tidak akan dipandang sebagai beban. Malahan itu bisa menjadi tantangan dan tempat belajar yang bisa memperkaya diri. Dengan kata lain, menjadi guru merupakan sebuah panggilan yang sangat diminati, disukai, dan bahkan bisa dihidupi.
Saya bertanya kepada seorang teman guru tentang situasi belajar mengajar di tengah masa pandemi. Dia berbicara banyak hal dan dia juga mengatakan kalau gara-gara pandemi, mereka -- para guru -- jauh lebih sibuk daripada waktu-waktu sebelumnya. Bahkan mereka juga mempunyai tantangan yang jauh lebih besar.
Lalu, saya bertanya apakah hal itu membebankan dirinya. Dia mengatakan bahwa kalau pekerjaannya sebagai guru tidak membebankan dirinya karena dia mencintai pekerjaannya sebagai seorang guru. Atas dasar ini, kesibukan dan beban kerja selama masa pandemi bukanlah persoalan yang membuatnya menyesal menjadi seorang guru.
Hal yang sama juga ketika pindah haluan dalam bekerja. Pindah haluan karena alasan ketersediaan pekerjaan kerap kali berujung pada rasa sesal dan beban di dalam diri karena pekerjaan itu tidak sesuai dengan minat pribadi, tetapi karena faktor mengisi ketersediaan pekerjaan yang tersedia.
Akan tetapi, ketika pindah haluan pekerjaan karena kecintaan dan minat pribadi pada pekerjaaan yang tersedia, hal ini bisa membuat seseorang bertahan. Bahkan seturut perjalanan waktu dalam bekerja, yang bersangkutan bisa bertahan dan semakin mencintai pekerjaannya itu.
Karenanya, pindah haluan jenis pekerjaan sangat bergantung pada minat dan kecintaan seseorang pada pekerjaan orang tersebut. Kalau pindah haluan didasarkan pada minat dan kecintaan pada bidang pekerjaan itu, pindah haluan malah bisa menjadi awal untuk membangun diri menjadi pribadi yang lebih baik.
Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H