Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tangkap Koruptor, Antara Kesuksesan dan Kekecewaan

7 Desember 2020   21:41 Diperbarui: 7 Desember 2020   21:45 322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kekecewaan semakin mendalam ketika praktik korupsi terjadi di kala masyarakat terbelenggu krisis pandemi korona. Apalagi salah satu menteri terjebak kasus korupsi karena berhubungan dengan bantuan sosial (bansos) untuk yang bisa dimanfaatkan selama masa pandemi. Kenyataan ini pastinya mengecewakan banyak pihak.

Bagaimana pun, banyak orang hidup dalam kesusahan selama masa pandemi. Namun, bukannya melihat dan menyadari kesusahan masyarakat, para pejabat publik malah terjebak pada praktik yang salah. 

Boleh jadi, upaya KPK merupakan langkah positif. Kisah sukses dari tubuh pemerintah untuk memerangi praktik korupsi di tanah air. Namun, di balik kisah sukses ini, tak menutup kemungkinan juga tertuang rasa kecewa. Entah sampai kapan pejabat publik di tanah air terbebaskan dari praktik korupsi.

Tentunya, siapa pun berharap agar rekam jejak korupsi dari tubuh pemerintah bisa berhenti. Barangkali tidak gampang. Apalagi kalau sistem yangg terbangun di dalam tubuh pemerintah malah melapangkan praktik korupsi. 

Penangkapan yang terjadi sekiranya memberikan efek jera. Tidak ada pihak dan sosok yang mau melakukan hal yang sama. Kalau hal ini terjadi, maka kisah sukses KPK dalam menanggulangi korupsi kian digenapi dengan keengganan pejabat publik untuk melakukan korupsi. 


Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun