Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kisah Nyata: Ketika Cinta Istri Tak Luntur oleh Kesalahan Suami

29 November 2020   21:32 Diperbarui: 29 November 2020   21:33 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: Pixabay.com

Tulisan ini bermula dari sebuah kisah nyata. Tentang relasi suami dan istri. Barangkali lebih tepatnya tentang cinta seorang istri yang tidak pudar karena kelakuan suami. Suaminya terbunuh karena kesalahannya sendiri. 

Kisah ini menjadi hangat beberapa pekan terakhir di provinsi di mana saya tinggal di Filipina. Menjadi hangat diperbincangkan karena kejadian ini berada di luar pikiran banyak orang.

Tadi pagi kebetulan saya melihat istri dari korban. Sewaktu misa di gereja. Semua orang paham mengapa wanita yang berpakain putih dan bercelana hitam itu menangis. 

Tangisan kehilangan. Kira-kira dua pekan lalu, suaminya yang terbunuh didoakan di gereja itu. Orang membanjiri gereja. Dari teman-teman kerja suaminya hingga anggota keluarga dari beberapa tempat. 

Setahun saya berada di tempat itu, itu merupakan salah satu pemakaman yang dihadiri oleh banyak orang. Walau aturan protokol kesehatan agak ketat, banyak orang tak patah hati untuk memberikan penghormatan terakhir kepada suaminya. 

Suaminya pergi dengan luka mendalam untuknya sebagai seorang istri. Luka itu dinodai bukan semata-mata oleh kasus pembunuhan yang menimpa suaminya. 

Lebih dari itu, luka itu menjadi pedih karena motif dari pembunuhan. Entah siapa yang menyebarkan pelbagai berita, namun semua berita itu mengarah pada satu arah. Kematiannya karena pihak ketiga. Perselingkuhan.

Kendati demikian, pihak kepolisian belum menemukan pelaku pembunuhan. Tidak mempunyai bukti kuat untuk menunjukkan siapa yang terlibat, walaupun beberapa kisah mengarah pada satu orang wanita. Salah satu harapan terakhir adalah phone yang dimiliki oleh suaminya. 

Persoalannya, phonenya sulit dibuka. Passwordnya menggunakan wajah dari sang suami. Karena ini, pihak kepolisian butuh waktu untuk mengecek isi phone. Harapannya, isi phonenya bisa menjadi arah bagi pihak kepolisian untuk menemukan titik terang dari persoalan yang terjadi. 

Di balik pelbagai kisah, sang istri tetap setia berdiri di samping suaminya. Tidak sekali pun cerita-cerita miring tentang suaminya membuatnya bertepi dari balik jenasah sang suami. 

Bahkan sewaktu di malam perpisahan, sang istri dengan tegas mengatakan bahwa apa pun yang dilakukan oleh suaminya, dia tetap melihat dan menganggapnya sebagai seorang suami. 

Cinta yang tak terkira. Tak luntur oleh pelbagai kisah miring. Tak bertepi oleh pelbagai pikiran negatif dari orang-orang sekitar.

Tangisan paginya di gereja begitu tulus. Sangat membahasakan cinta dan kenangan yang sangat mendalam. 

Apalagi ketika dia melihat teman-teman sekerjanya. Mereka membawa keluarga mereka ke gereja. 

Sebelumnya, mereka kerap bersama ke gereja. Keduanya bersama dua orang anak mereka. Namun, kali ini dia harus kuat datang ke gereja bersama kedua anaknya. Tanpa kehadiran suaminya. 

Kisah ini berbicara tentang kisah seorang istri. Apa pun persoalan dan kesalahan seorang suami, dia tetap setia untuk mendampingi. Bahkan ketika sang suami meninggal dunia karena lakunya, dia tidak sekalipun menjauh dan menganggap persoalan itu sebagai persoalan suaminya semata. 

Sampai saat ini, dia tetap berupaya agar persoalan itu mendapat titik terang. Sang istri berupaya agar persoalan itu tidak mengendap bersama kesalahan yang telah dilakukan oleh suaminya dan pelbagai kisah miring tentang kelakuan suaminya. 

Pembunuh dari suaminya harus dibuka. Biar hukum bertindak. Ini juga demi kepentingan anak-anak mereka. Paling tidak mereka tahu kalau aktor pembunuh dari ayah mereka bisa mendekam di penjara.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun