Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Pria Isi Dompet, Perempuan Siap Tubuh

21 November 2020   20:27 Diperbarui: 21 November 2020   20:31 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Toxic relationship. Sumber foto: Pexels.com

Sebuah relasi pacaran kerap kali diwarnai oleh pelbagai nuansa. Ada yang bernuansa serius. Sungguh-sungguh berelasi tanpa pertimbangan dan kepentingan tertentu. Tujuan akhirnya adalah menikah dan membangun hidup berkeluarga.

Begitu pula, relasi suami-istri. Serius membangun keluarga demi masa depan anak-anak mereka.

Namun, ada yang membangun relasi demi kepentingan semata. Macam-macam warna dari relasi seperti ini. Misalnya, berpacaran atau menikah dengan pria/perempuan tertentu demi mendapatkan dan meraih kepentingan tertentu.

Pada saat kepentingan itu tercapai, relasi bisa diakhiri. Juga, saat kepentingan tercapai, ada niat untuk membangun relasi dengan pihak ketiga karena relasi yang terbangun tidak ditopan cinta antara kedua belah pihak, tetapi semata-mata kepentingan tertentu.  

Salah satu hal yang kadang kala terjadi relasi, di mana kedua belah pihak saling bergantung. Pria membangun demi mendapatkan kepuasan sexual. Sebaliknya, dari sisi perempuan relasi itu terbangun demi mendapatkan isi dompet dari si pria.

Tak jarang juga terjadi hal ini terjadi timbal balik. Pria menginginkan isi dompet wanita, dan si wanita hanya membutuhkan kepuasaan perasaan.

Pada saat dua sisi masih ini tercapai, relasi bisa berjalan lancar. Akan tetapi, ketika salah satu kepentingan macet dan berhenti di tengah jalan, relasi bisa dihentikan dan berakhir. Toh, untuk apa terus menjalankan relasi kalau kepentingannya sudah habis.

Seorang teman perempuan berkisah tentang teman akrabnya. Seorang perempuan. Awalnya, saya memuji kecantikan teman perempuannya itu.

Namun, tanggapannya membawa saya mengetahui banyak hal dari sisi lain dari temannya itu. Ternyata, sisi kecantikannya diwarnai oleh relasi dengan banyak kepentingan.

Menurutnya, teman itu berelasi dengan banyak pria. Baginya, relasi itu dibangun demi kepentingan isi dompet. Tidak peduli pada perasaan pria. Bahkan umumnya, pria yang berelasi dengannya juga hanya mencari kepuasaan seksual.

Ketika dompet terus dipenuhi, dia akan setia meladeni relasinya itu. Namun, saat isi dompetnya tidak terpenuhi, dia tidak segan untuk mengakhiri relasinya.

Bahkan, relasinya dengan suaminya saat ini hanya semata-mata faktor uang. Makanya, suaminya yang bekerja di luar negeri kerap mencapnya sebagai mata duitan. Meski demikian, suaminya itu tidak mengakhiri hubungan mereka. Tetap menganggapnya sebagai seorang istri.  

Barangkali hal ini dilatari oleh kemampuan suaminya. Untuk saat ini, dia masih bisa memenuhi kebutuhan dompet dari istrinya itu. Pasalnya, hasil pendapatan dari bekerja di luar negeri sangat mencukupi.

Walau dia kerap protes, dia tetap mengirimkan uang kepada istrinya itu. Apalagi dia mempunyai satu anak dari istrinya itu.

Teman saya mengatakan bahwa untuk saat ini, relasi berlangsung aman. Pasalnya, keduanya saling memenuhi di antara satu sama lain.

Akan tetapi, ketika kepentingan di satu pihak, terutama dari pihak perempuan tidak tercapai, relasi itu bisa saja berakhir. Perempuan bisa berontak. Betapa tidak, dia mengenal dengan baik watak dari teman akrabnya itu.

Relasi hanya karena kepentingan. Ketika kepentingan sudah tercapai dan macet, relasi itu bisa berakhir tak jelas. Sejauh kepentingan tetap berjalan, relasi itu pun akan terus berjalan.

Relasi yang bermotifkan kepentingan adalah satu bentuk dari toxic relationship. Kepentingan meracuni,  bisa saja bukan hanya satu pihak, tetapi itu bisa mengenai kedua belah pihak.

Dalam mana, kedua belah pihak mempunyai kepentingan masing-masing. Makanya, ketika salah satu pihak sudah mendapatkan kepentingan, satu pihak harus siap diri untuk merasakan dipisahkan.

Maka dari itu, agar terhindar dari relasi sejenis ini, selalu peka untuk melihat dan mencerna setiap relasi. Bagaimana pun, ketika sering menghabiskan waktu bersama, seseorang bisa perlahan menangkap maksud dari relasi yang terjadi di antara kedua belah pihak.

Toh, tidak masalah mengakhiri sebuah relasi apabila relasi itu hanya menghancurkan dan merusak diri sendiri. Lebih baik bebas dari relasi yang beracun, daripada kelak dihantui oleh sakit hati dan trauma yang berkepanjangan.

Jadi, mengakhiri toxic relationship selalu bertolak dari diri sendiri. Perlu keberanian untuk mengatakan "Tidak" pada relasi yang terarah pada kehancuran diri sendiri. Juga, perlu keberanian untuk mengakhiri sebuah hubungan yang hanya diwarnai oleh kepentingan sepihak.

Salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun