Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Mengenang Mascherano, Totalitas yang Tidak Tunduk pada Sistem Pribadi

16 November 2020   15:53 Diperbarui: 17 November 2020   03:08 371
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Javier Mascherano, mantan pemain Barcelona dan tim nasional Argentina ini memutuskan untuk gantung sepatu sebagai pemain profesional. Sumber foto: Getty Images via Goal.com

Karier sebagai pemain sepak bola akan selalu berhadapan dengan masa akhir. Masa akhir itu bisa disebabkan oleh pelbagai faktor. Selain faktor cedera yang bisa membuat performa seorang pemain tidak maksimal, juga seorang pemain harus mengalah pada faktor usia.

Umumnya, di atas 30-an tahun, penampilan para pemain mulai menurun. Cepat atau lambat, panggilan untuk gantung sepatu harus dijawab.   

Di usianya yang ke-36 tahun, Javier Mascherano memutuskan untuk gantung sepatu dari dunia sepak bola profesional. Keputusan ini terbilang datang pada waktu yang tepat. 17 tahun sudah ia berkarier sebagai pesepak bola di Amerika Selatan, China, dan Eropa. 

Dengan ini, Mascherano sudah mengecap pelbagai macam tantangan dan pengalaman di dunia sepak bola. Boleh dikatakan jika Mascherano merupakan salah satu pemain sepak bola yang beruntung karena mempunyai karier yang cemerlang dengan segudang prestasi bersama tim dan klub-klub yang dibelanya. 

Kecemerlangannya sebagai pemain sepak bola tidak lepas dari totalitasnya dalam olahraga ini. Dikenal sebagai pemain yang berwatak keras dan berani yang dipadukan dengan tekel-tekel keras menjadikan tim yang dibela oleh Mascherano aman dari amukan lawan.

Mascherano telah memberikan secara total kepada tim dan klub-klub yang dibelanya. Makanya, mengingat Mascherano selalu mengingat totalitas seorang pemain sepak bola di era modern. 

Mengingat Mascherano juga mengingat seorang pemain yang tidak tunduk pada sistem. Salah satu pengalaman yang sulit dilupakan dari pemain yang memulai karier di tanah airnya, Argentina, ini adalah saat bersama Barca. 

Di bawah asuhan Pep Guardiola, Mascherano berhasil beradaptasi dari seorang gelandang bertahan menjadi seorang bek tangguh di barisan belakang Barca. Penampilannya ini menunjukkan bahwa Mascherano tidak tunduk pada sistem yang satu dan sama. Barangkali posisi gelandang bertahan adalah sistem pribadi yang sudah berada di bahu Mascherano.   

Akan tetapi, Mascherano mendapat saingan yang hebat. Paling tidak, di dua klub yang dibelanya, Liverpool dan Barcelona. Di Liverpool, dia harus berhadapan dengan Xavi Alonso dan Steven Gerrard. Sementara di Barca, Yaya Toure dan Sergio Busquests menjadi gelandang bertahan yang sulit disingkirkan. 

Salah satu ketangguhan Mascherano berada di barisan belakang Barca adalah sewaktu Mascherano melayangkan tekel ke bola yang berada di kaki pemain Arsenal, Nicklas Bendtner pada kompetisi Liga Champions 2011.

Tanpa tekel itu, Barca bisa tersingkir. Tekel itulah yang menyelamat gawang Barca sekaligus mempermanenkan tempat Mascherano sebagai salah satu Bek Barca. 

Muaranya, saat Mascherano dipercayakan sebagai bek Barca dalam partai final Liga Champions kontra MU pada 2011. Selain Barca juara, Mascherano berhasil menempatkan dirinya sebagai pemain penting di bawah Guardiola. Karena ini pula, Tim Tango tidak segan-segan menempatkan Mascherano sebagai bek. 

Berkat fleksibilitasnya dalam menerima strategi pelatih, Mascherano bisa bertahan selama 8 tahun di Barca. Dia tidak tunduk pada sistem dan mati gaya di hadapan Sergio Busquets yang sudah menempati posisi favoritnya.

Bukan rahasia lagi, jika Busquets menjadi salah satu gelandang yang sulit digeser dari posisinya di Barca. Daripada menjadi pelapis semata, menerima keputusan untuk ditempatkan pada posisi yang berbeda bisa menjadi solusi untuk mendapat jam bermain.   

Mascherano memulai kariernya di River Plate pada tahun 2003. Sebelum direkrut oleh West Ham bersama Carlo Tevez dalam sebuah transfer yang cukup kontroversial, Mascherano bermain di Corinthians, Brasil. 

Tidak lama bermain dengan West Ham (2006-07), Mascherano direkrut oleh Liverpool. Bersama Xabi Alonso, Mascherano menjadi dua gelandang bertahan yang tangguh di bawah komando Rafael Benitez. Benitez menjadikan Mascherano salah satu pemain penting di Liverpool selama 3 tahun. Total 139 laga yang dilakonkan oleh mantan pemain timnas Argentina ini. 

Penampilan gemilangnya bersama Liverpool membuat Barcelona kepincut. Di Barcelona (2010-18), Mascherano menjadi salah satu palang pintu penting di bawah era Pep Guardiola. 

Tidak tanggung-tanggung, pemain berpostur mini tetapi cekatan dalam menghalau serangan lawan ini berhasil meraih 5 gelar La Liga Spanyol dan 2 Liga Champions dalam 8 tahun dari 334 laga selama berseragam Blaugrana.

Pindah dari Barca, Mascherano bermain di Hebei China, sebelum pulang kampung ke Argentina pada bulan Januari tahun ini. Sebenarnya, Mascherano masih mempunyai kontrak dengan klub Estudiantes sampai Juni 2021, namun pemain berkepala plontos ini lebih memilih untuk gantung sepatu.

Mengutip Goal.com (16/11/20), Mascherano menyatakan jika sudah waktunya untuk mengakhiri karier sebagai pemain profesional. Faktor masalah pribadi yang direnungkannya selama beberapa bulan terakhir melahirkan keputusan final untuk mengakhiri perjalanannya dari dunia sepak bola.  

Karier profesional Mascherano di tim Tango, julukan tim nasional Argentina, juga gemilang. Pelatih Leeds United saat ini, Marcelo Bielsa memberikan debut bagi Mascherano saat dia masih berusia 19 tahun pada Juli 2003. Total laga yang dimainkan oleh Mascherano bersama timnas Argentina adalah 147 laga dengan hanya mencetak 3 gol. 

Salah satu penampilan gemilang Mascherano bersama timnas Argentina adalah dalam Piala Dunia 2014 di Brasil. Mascherano menjadi salah satu bintang yang berhasil mengantarkan Argentina pada partai final. Namun, kehebatannya itu kandas oleh gol tunggal Mario Gotze. Kendati demikian, kontribusi Mascherano bagi Argentina menjadi salah satu catatan sejarah yang sulit dilupakan. 

Dia mengakhiri karier profesionalnya sebagai pemain timnas Argentina setelah Piala Dunia 2018 di Rusia. Pada saat itu, Argentina harus kandas di babak ke-16 dari tangan Perancis. 

Mascherano merupakan salah satu wajah pesepak bola yang telah menunjukkan totalitas sebagai sepak bola. Totalitas Mascherano nampak saat dia berhasil membayar kepercayaan setiap pelatih untuk ditempatkan di setiap posisi yang bukan favoritnya. 

Terima kasih, Mascherano!

Sumber: Skysports.com (16/2/2020), Barcablaugranes.com (23/1/2018)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun