Andaikata dinding-dinding rumah kontrakan ini bisa berbicara dan mendengar, aku ingin mengeluarkan semua keluh kesahku. Kisahku tentang di antara ranjang dan dapur. Sebatas itu.
***
Pertemuan dengan teman baikku di swalayan senja itu menguak rasa malu dan kecewa pada diriku. Pembicaraan kami bermula dari kisah teman itu tentang keseruan dengan teman-teman di media sosial. Grup teman angkatan sewaktu SMA.
Banyak yang bertanya tentang diriku. Pertanyaan-pertanyaan mereka itu hadir terlebih karena aku menikah dengan teman angkatan sewaktu SMA juga.
Teman-temanku heran. Sebagian besar dari kami tinggal sekota. Berasal dari SMA yang sama. Reuni teman-teman sewaktu SMA selalu ramai. Akan tetapi, aku dan suamiku tidak terlibat di grup media sosial SMA.
Sewaktu teman itu bertanya tentang alasan di balik ketidakhadiran kami di grup angkatan, aku hanya katakan jika phoneku lagi rusak. Sebenarnya, aku tahu kalau mereka juga tahu tentang relasi antara aku dan suamiku.
Namanya seorang teman. Pastinya, dia tidak mau langsung masuk pada persoalan yang terjadi. Bisa-bisa itu menganggu relasi kami.
***
Suamiku. Mantan teman angkatan sewaktu SMA. Tahun 2003-2004. Hanya beda kelas sewaktu SMA kelas 3. Dia memilih bagian IPA sementara aku di bagian IPS.
Sewaktu kuliah pun beda tempat. Gara-gara media sosial yang baru naik daun waktu itu, kami kerap berkomunikasi. Awalnya, laiknya hanya sebagai teman angkatan sewaktu SMA. Perlahan relasi kian mendalam.