Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Bayern Munchen Tancap Gas di Laga Perdana Liga Champions dan Pesannya bagi Eropa

23 Oktober 2020   07:59 Diperbarui: 23 Oktober 2020   10:50 861
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kingsley Coman, pemain Bayern Muenchen membobol gawang Atletico Madrid. Pada laga Liga Champions yang berlangsung Kamis (22/10/2020) dini hari WIB, Bayern Muenchen berhasil menundukan Atletico 4-0.| Sumber: twitter.com/ChampionsLeague

Bayern Munchen menjadi tim yang cukup fenomenal pada kompetisi Liga Champions musim lalu 2019/20. Pelatih Niko Kovac dipecat saat kompetesi belum masuk pertengahan musim. Hansi Flick pun menggantikan Niko Kovac.

Alih-alih menempatkan Hansi Flick untuk sementara waktu, malah Flick mampu membangkitkan kemampuan Bayern Munchen. Perlahan-lahan tapi pasti Flick membangun Munchen dari puing-puing yang mulai runtuh.

Praktisnya, Flick masih dalam proses membangun Munchen bila menimbang masa waktu kepelatihannya. Belum semusim. Akan tetapi, Flick berhasil mengubah Munchen dalam tenggang waktu yang relatif singkat.

Alhasil, treble di akhir musim digenapi dengan trofi Piala Super Eropa dan Piala Super Jerman di awal musim ini. Kalau tidak ada aral melintang, Munchen bisa meraih 6 trofi kalau mereka bisa menang di ajang piala antar klub.

Raihan ini sangat spektakuler. Munchen bukan hanya bangkit di kompetisi domestik, tetapi juga hadir dan memporakporandakan beberapa tim besar di Eropa. Tottenham, Chelsea hingga Barcelona merasakan ganasnya efektivitas dan produktivitas Munchen pada kompetisi Liga Champions musim lalu.

Namun, pertanyaan yang kerap muncul adalah apakah Munchen sebagai juara bertahan musim lalu mampu mengulang kesuksesan yang sama?

Sejauh ini, hanya Real Madrid dan AC Milan yang berhasil mempertahankan kampiun Liga Champions. Selebihnya, banyak tim yang kandas dan tidak mampu menjaga tajinya sebagai kampiun di musim berikutnya.

Terbukti, Liverpool yang berhasil meraih trofi Liga Champions musim 2018/19. Dari komposisi skuad, Liverpool seyogianya mampu mempertahankan trofi Liga Champions pada musim lalu. Pasalnya, skuad di mana Liverpool berhasil mengangkat trofi si kuping besar pada musim 2018/19 tidak jauh berbeda dengan skuad musim lalu.

Akan tetapi, tuah Liverpool bertekuk lutut di hadapan Atletico Madrid. Bahkan Atletico juga mengandaskan langkah Liverpool di Anfield, markas kebesaran Liverpool.

Para pemain Bayern Munchen merayakan gol ke gawan Atletico Madrid. | Sumber foto: Bleacher Report Football.com
Para pemain Bayern Munchen merayakan gol ke gawan Atletico Madrid. | Sumber foto: Bleacher Report Football.com
Pastinya, Munchen tidak mau berhadapan dengan situasi yang sama. Kesuksesan musim lalu harus dipertahankan. Flick dan anak-anak asuhnya belum semusim berada bersama. Rasa haus pada trofi pasti tetap membara.

Toh, skuad yang dimiliki saat ini tidak terlalu jauh berbeda dengan musim lalu. Walau Thiago Alcantara hengkang ke Liverpool, Munchen tetap berhasil mengamankan tanda tangan Leroy Sane dari Manchester City. Paling tidak, Munchen berhasil merekrut pemain yang bisa mempertahankan kolektivitas mereka sebagai sebuah tim.

Mengawali petualangan di Liga Champions pada musim ini, Munchen berhadapan dengan Atletico Madrid. Laga perdana kontra Atletico Madrid bisa menjadi gambaran penampilan mereka.

Tidak tanggung-tanggung, pada laga perdana Munchen langsung tancap gas. Lewandowski dan kawan-kawan mampu menghajar Atletico dengan skor 4-0. Skor yang cukup besar.

Kemenangan ini bisa menandakan bahwa Munchen bisa menjadi pesaing terkuat peraih trofi Liga Champions musim ini. Dengan itu pula, Munchen berpeluang untuk mempertahankan trofi Liga Champions. Makanya, tim-tim lain harus bekerja ekstra keras untuk membawa trofi Liga Champions dari Munich.

Laga kontra Atletico terbilang spesial untuk melihat kesiapan Munchen pada musim ini. Atletico bukanlah tim sembarangan di kompetisi Liga Champions. Sudah pernah dua kali masuk final di Liga Champions dalam satu dekade terakhir.

Selain itu, pasukan dari Diego Simeone ini juga terkenal sebagai pasukan pekerja keras. Kerap kali menjadi tim yang merepotkan banyak tim besar di ajang Liga Champions. Liverpool merasakan hal itu pada musim lalu.

Pola permainan keras dan intensif yang dipadukan dengan taktik serangan balik kerap menjadi andalan Atletico Madrid. Makanya, tak heran tim seperti Barcelona dan Real Madrid harus tunduk ketika berhadapan dengan Atletico Madrid.

Namun, kekuatan Atletico seolah tidak berarti di hadapan Munchen. Sebagaimana penampilan Munchen pada musim lalu, Munchen tetap mencukur lawan-lawannya dengan skor besar.

Empat gol bersarang ke gawang Oblak. Pun, pemain depan seperti Jaoa Felix dan Luis Suarez menjadi ompong di hadapan kolektivitas lini belakang Munchen.

Sebenarnya, bukan Atletico yang lemah. Akan tetapi, Munchen sementara berada pada titik puncak. Permainan apik yang ditunjukkan lewat kolektivitas tim menjadi andalan Munchen.

Munchen tidak mempunyai Messi seperti di Barca, Ronaldo di Juventus, atau juga Neymar dan Mbappe di PSG. Akan tetapi, Munchen mempunyai tim yang bekerja bersama.

Lewandowski yang sekiranya digadang meraih trofi Ballon d'Or musim ini tidak akan tampil menonjol laiknya bintang-bintang lain apabila tanpa ditopang kolektivitas tim. Dia ditopang oleh 10 pemain lain. Makanya, saat Lewandoski mandul, para pemain lain tampil sebagai skorer bagi klub.

Kolektivitas Munchen akan kembali menjadi kunci keberhasilan mereka pada musim ini. Kemenangan kontra Atletico Madrid menjadi awasan dan sekaligus tanda bahwa Munchen bisa menjadi juara bertahan yang akan tetap mempertahankan trofi Liga Champions di Munich.

Kolektivitas Munchen menjadi ancaman bagi banyak tim. Ini juga berpesan bahwa kalau ingin mengambil trofi dari Munich, tim-tim besar Eropa harus mampu melawan dan menghancurkan kolektivitas yang sementara ini mampu dibangun oleh Hansi Flick di Munchen.

Kemenangan perdana di laga Liga Champions pada musim ini memperpanjang daftar kemenangan Bayern Munchen di ajang Liga Champions. Dalam 12 laga tak terkalahkan. Bahkan 7 dari 12 laga itu tanpa kebobolan satu gol.

Ini membahasakan konsistensi bahwa Bayern Munchen siap menaklukan Eropa kembali. Tim-tim lain pun harus bekerja ekstra keras.

Salam Bola

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun