Ini kisah tentang salah seorang teman. Asal Filipina. Dia bekerja di Singapura. Sebagai babysitter.
Sebenarnya, kami memulai pertemanan di media sosial. Pertemanan ini bermula karena tempat tinggal kami. Tinggal bertetangga.
Tahun lalu, dia sempat berlibur. Sempat ketemu, tetapi perjumpaan itu tidak terlalu akrab. Menjadi agak akrab ketika bertemu di media sosial.
Barangkali  keluarganya yang memberikan akun media sosial saya kepadanya. Jadilah, kami berteman dan kadang bertegur sapa. Â
Dia kerap memposting foto-foto kenangan. Terutama, kenangan sewaktu berlibur di kampung halamannya tahun lalu.
Sudah tujuh tahun bekerja di Singapura. Setiap tahun dia pulang berlibur. Liburan tidak terlalu lama. Sebulan. Tapi itu sudah cukup untuk melepaskan rindu dan perasaannya kepada keluarganya.Â
Tahun ini liburannya batal. Gara-gara pandemi korona.Â
Saya sempat melihat postingan di FB-nya beberapa hari lalu. Tentang hari ulang tahun puteranya. Sudah menginjak usia 10 tahun. Anaknya ini tinggal bersama orangtuanya.Â
Praktisnya, tahun ini ulang tahunnya dirayakan secara virtual. Dia menyaksikan acara hari ulang tahun puteranya lewat media sosial. Ada juga anggota keluarganya yang membuat video pendek dan dikirimkan kepadanya.Â
Video-video ini kemudian dipostingnya di media sosial. Karenanya, dia seolah-olah hadir dan berada di tengah hari ulang tahun puteranya. Â
Sebagai seorang ibu berstatuskan orangtua singel, dia tidak mau membiarkan hari bahagia anaknya berlalu begitu saja. Harus tetap dikenang. Apa pun caranya walau di tengah pandemi korona. Termasuk memanfaatkan media sosial agar dia bisa merasakan kebahagiaan puteranya di Filipina.