Walau demikian, niat Giring di tahun pertama pemerintahan Jokowi-Maruf menarik untuk dicermati. Ini bisa membahasakan bahwa pemerintahan Jokowi-Maruf belum memberikan harapan yang diingingkan. Maka dari itu, orang ingin segera berbicara tentang pengganti mereka.
Bagaimana pun, pada saat seseorang sudah berniat menggantikan posisi kita andaikata kita adalah pemimpin, seyogianya kita perlu mencermati. Boleh jadi, kita sudah tidak layak dengan posisi tersebut dan orang sudah tidak suka dengan keberadaan kita. Ataukah, orang yang berniat untuk berkuasa hanya mempunyai murni motif untuk berkuasa. Â
Dua dinamika politik ini hanyalah beberapa situasi politik di tahun pertama Jokowi-Maruf. Ini juga  menjadi hiasan kepemimpinan politik mereka.
Kedua realitas ini tidak bisa dipandang sebelah mata. Malahan, keduanya bisa menjadi kontribusi politik dalam melihat langkah politik 4 tahun kedepan.
Membiarkan anaknya maju dalam kancah politik tanah air bisa secara tidak langsung menunjukkan bahwa Jokowi tidak bermasalah dengan politik dinasti. Dengan ini, beliau juga sementara mempersiapkan anggota keluarganya untuk berpartisipiasi sedinih mungkin agar di saat beliau keluar dari lingkaran kekuasaan, anaknya sudah siap.
Apabila Gibran memenangi kontestasi Pilwalkot Solo, Jokowi pun memiliki sosok yang bisa melanjutkan tren positif keluarga di dunia politik. Hanya saja, Jokowi perlu menjaga jarak di tengah situasi ini. Dalam mana, Jokowi tidak boleh memanfaatkan koneksi keluarga dengan Gibran untuk memuluskan program kerja Gibran di Solo. Â
Agar kesan politik dinasti tidak begitu kental, Jokowi seyogianya membiarkan Gibran bekerja sebagaimana dirinya sendiri di 4 tahun ke depan. Â
Sementara itu, langkah Giring bisa menjadi alarm bagi Jokowi-Maruf bahwa bisa banya pihak yang mengintai kursi kekuasaan di istana. Giring hanyalah satu orang dari beberapa orang. Perbedannya, Giring mengemukan secara terbuka ke ruang publik. Barangkali niat Giring tidak terlalu mengancam situasi pemerintahan.
Namun, bagaimana jika niat yang sama muncul dari dalam anggota kabinet. Ini bisa mempengaruhi stabilitas pemerintahan. Maka dari itu, Jokowi perlu berwaspada pada setiap langkah terselubung dari orang-orang yang berada di sekitarnya.
Dua dinamika di atas hanyalah realitas yang perlu dicermati untuk kepemimpinan Jokowi-Maruf di 4 tahun ke depan. Tentunya, masih banyak situasi di Indonesia yang bisa dijadikan referensi untuk menguatkan kepemimpinan mereka.
Salam