Saya menjelaskan sebab terjadinya kecelakaan kepada mereka sepanjang perjalanan pulang ke rumah. Saya melihat itu dari persoalan teknis yakni soal pintu mobil yang tiba-tiba terbuka.
Akan tetapi, salah seorang dari mereka malah memberikan penjelasan yang berbeda. Penjelasannya cukup membuat saya merinding.
Menurutnya, lokasi kecelakaan itu dikenal sebagai tempat angker. Kabarnya, lokasi itu pernah dijadikan tempat eksekusi musuh di masa perang.
Makanya, para sopir yang sudah tahu tentang itu, mereka selalu membunyikan klakson mobil klakson mobil kalau melintasi tempat itu. Itu dilakukan sebagai bentuk pengakuan pada keberadaan roh-roh yang dipercayai menghuni tempat itu.
Saya masih ragu atas cerita. Sepekan kemudian, saya mengunjungi desa berbeda. Jalur ke desa itu masih sama. Kemudian, saya juga menceritakan tentang kecelakaan yang saya alami karena mereka juga kerap melewati jalur yang sama.
Ternyata, sudah beberapa orang dari desa itu pernah mengalami kecelakaan di tempat yang sama. Seorang ibu mengatakan bahwa bahkan sopir-sopir yang sudah sering lewat di tempat itu dan sudah mahir di medan-medan sulit juga pernah berhadapan dengan kecelakaan di tempat itu.Â
Karenanya, ketika terjadi kecelakaan di tempat itu, masyarakat tidak berpikir masalah teknis dari aspek sopir atau mobil, tetapi pandangan tentang lokasi itu sebagai tempat angker.
Pengalaman serupa juga saya jumpai di bulan Februari tahun ini. Kecelakaan itu terjadi di lokasi yang dinilai angker.
Sepangan muda-mudi mengalami kecelakaan tunggal di jalanan lurus. Pukul 7 malam. Salah seorang meninggal di tempat dan satunya mengalami luka serius.
Melihat lokasi kecelakaan, saya agak bingung. Jalanan agak lurus dan lebar. Namun, banyak masyarakat mengatakan kalau lokasi kecelakaan itu dinilai sebagai tempat angker. Ada penunggunya.
Makanya, setiap kali melewati tempat itu sampai saat ini, saya kerap membunyikan klakson. Selain itu, saya juga menurunkan laju kecepatan kendaraan.