Akan tetapi, bagi sebagian orang, kuburan kerap identik dengan tempat angker. Makanya, ada kecenderungan untuk takut berjalan melintasi pekuburan. Saya sendiri kalau melintasi wilayah pekuburan kerap membunyikan klakson mobil. Sudah terbangun pola pikir di dalam diri saya bahwa kuburan adalah rumah yang mesti dihargai. Ada penghuninya. Â Â
Hemat saya, soal ketakutan pada situasi tertentu juga berkaitan dengan pola pikir. Pola pikir itu terbangun lewat pendidikan dan lingkungan. Misalnya, pendidikan orangtua yang coba menenangkan anak agar tidak ribut di malam hari dan keluar rumah dengan mengatakan "awas setan." Semakin sering hal ini disampaikan, kepribadian seorang anak pun ikut terbentu. Misalnya, menjadi pribadi penakut saat malam hari.Â
Atau juga, lingkungan yang melihat kuburan sebagai tempat yang tidak perlu ditakutkan. Karena ini, orang-orang tidak merasa takut berada di kuburan dan menempatkan kuburan di rumah.
Maka dari itu, kita perlu membangun pendidikan yang tepat agar kita tidak terpenjara pada pola pikir yang salah tentang hal-hal mistis. Misalnya, mencari cara yang tepat agar menenangkan anak dengan tidak melibatkan unsur-unsur angker di dalam nasihatnya.
Sebaliknya, kita perlu membangun rasa berani dalam diri setiap anak. Termasuk, berani untuk menghadapi hal-hal yang dinilai angker. Hal itu dimulai dari dalam keluarga. Orangtua sekiranya membangun pola pikir yang tidak memenjarakan anak pada pandangan yang salah tentang hal-hal yang bernuansa angker. Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H