Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Anies-Gatot, Peluang sebagai Duet Pilihan di Pilpres

13 September 2020   21:57 Diperbarui: 13 September 2020   21:59 547
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: breakingnews.co.id

Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan menjadi sorotan publik beberapa hari terakhir. Sorotan ini terlahir karena keputusannya yang mengembalikan status Pembatasan Sosial Berskala Besara (PSBB) di wilayah DKI Jakarta. PSBB ini akan berlaku efektif pada 14 September.

Sontak saja, keputusan ini mendapat reaksi dari pelbagai pihak. Beberapa menteri dari kabinet Jokowi ikut bersuara mengritisi kebijakan Anies. Dalil di balik kritik mereka adalah dampak dari PSBB bagi situasi ekonomi.

Tidak hanya itu, beberapa pihak juga mengaitkan itu dengan politik. Tidak salah untuk mengaitkannya dengan politik, namun sekiranya keputusan itu demi kepentingan politik yang mengorbankan kepentingan banyak orang.  

Terlepas pro dan kontra tentang keputusan Anies, satu hal yang pasti bahwa posisinya sebagai Gubernur DKI menjadi nilai plus sebagai seorang politisi. Apabila Anies mau maju di langkah yang lebih jauh seperti Pilpres 2024, pengalaman di DKI Jakarta bisa menjadi salah satu jaminan bagi beliau untuk menunjukkan kapasitasnya sebagai seorang politisi.

Paling tidak, pengalaman dan keberadaan di Ibukota mendongkrak popularitasnya. Semakin beliau disorot, didiskusikan, dan diperbincangkan, semakin beliau dikenal. Terlepas apakah yang diperbincangkan itu menyangkut hal yang positif ataukah tidak. Paling tidak, nama beliau selalu muncul di permukaan publik.

Anies menjadi salah satu sosok yang mungkin patut dipertimbangkan pada pilpres mendatang. Nilai jualnya cukup tinggi. Terbukti pada Pilgub DKI. Tanpa arah angin, Gerindra langsung menariknya menjadi lawan dari Ahok. Ini berarti Anies mempunyai nilai plus yang bisa menguntungkan.

Tinggal bagaimana dan partai politik apa yang mau merekrut mantan menteri pendidikan di era Jokowi ini. Bagaimana pun, kendaraan politik menjadi salah satu hal yang mutlak perlu untuk memuluskan langkah bertarung di Pilpres.

Selain itu, ada juga sosok Gatot Nurmantyo. Mantan panglima TNI mencuat ke permukaan beberapa pekan terakhir berkat pergerakannya dengan Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI).

Koalisi ini didukung oleh banyak tokoh yang secara umum berseberangan dengan pemerintah. Gerakan ini menilai diri mereka sebagai gerakan moral. Akan tetapi, melihat catatan kritis yang disampaikan, gerakan ini juga secara tidak langsung berhubungan dengan motif politik.

Barangkali saat ini KAMI hanyalah sebuah gerakan kecil. Gerakan ini bisa berkembang pesat andaikata mereka berhasil masuk ke level masyarakat dan membawa pesan yang sesuai dengan konteks dengan masyarakat. Kalau masyarakat menerima dan memahami gerakan ini, pada akhirnya itu menguntungkan tokoh-tokoh yang terlibat di dalamnya, termasuk Gatot Nurmantyo.

Dengan ini, sosok Gatot Nurmantyo bisa mempunyai daya pikat di masyarakat. Daya pikat ini berujung pada ketertarikan masyarakat untuk menempatkannya di bursa calon presiden ataukah wakil presiden. Bahkan parpol juga bisa melirik beliau sebagai kandidat.

Sebagaimana Anies, Gatot juga membutuhkan kendaraan politik untuk memuluskan langkah mereka. Kecuali kalau kedua sosok ini mempunyai nilai jual yang nampak mumpuni.

Dengan kata lain, partai politiklah yang bertekuk lutut kepada kedua figur, karena mereka mempunyai daya pikat yang menjanjikan kemenangan dari sebuah kontestasi.

Kalau itu tidak terjadi, kedua figur hanyalah penggenap bursa calon presiden. Bagaimana pun, partai politik selalu menempatkan kader mereka sendiri yang mempunyai peluang untuk memenangkan kontestasi.

Lantas, bagaimana peluang dari Anies dan Gatot bila ditandemkan? Secara komposisi, keduanya mempunya komposisi yang terbilang komplit.

Anies berasal dari kalangan akademisi yang sudah makan garam di dunia politik sebagai gubernur DKI Jakarta. Sementara itu, pengalaman Gatot dari dunia militer bisa melengkapi Anies dalam soal urusan militer dan keamanan negara.

Ditambah lagi, langkah Gatot bersama KAMI saat ini. Langkah ini bisa menjadi cara untuk memperkenalkan diri kepada masyarakat dan juga menarik simpati.

Paling tidak, kedua tokoh ini, baik Anies maupun Gatot mempunyai kapasitasnya pada bidang yang tertentu dan itu bisa berkontribusi dalam kepemimpinan mereka.

Persoalannya, jika tidak ada yang mau legowo untuk menjadi nomor dua atau menjadi wakil presiden. Kalau setiap orang ngotot mau berada di kursi nomor satu, skenario untuk menciptakan tandem duet Anies-Gatot menjadi batal.

Akan tetapi, saat salah satunya legowo, keduanya bisa menjadi paket yang bisa memberikan nuansa menggiurkan di pilpres mendatang. Keberhasilan mereka juga bergantung pada pandangan pemilih dalam melihat kemampuan kedua belah pihak. Kalau mereka berpenampilan positif saat ini, bukan tidak mungkin masyarakat menaruh simpati dan dukungan besar bagi mereka.

Salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun