Terlebih lagi, apabila dia pindah dengan melawan klausul yang telah ditetapkan, Messi akan berhadapan dengan Barca di pengadilan.
Rasanya tidak menyenangkan berhadapan dengan klub yang membesarkan dirinya di pengadilan. Setelah 20 tahun lebih bersama dengan klub itu, Messi harus berhadapan dengan mereka lewat jalur hukum di pengadilan. Tentunya, perpisahan ini akan menjadi begitu tragis.
Hal itu bukan hanya memengaruhi sosok Messi di Camp Nou, tetapi juga citra klub juga bisa terpengaruh. Relasi di antara kedua belah pihak menjadi hambar.
Messi adalah seorang bintang. Siapa pun klub pasti menginginkan servis dari pemain bernomor punggung 10 ini. Memiliki Messi di dalam tim bisa memberikan nilai plus.
Mungkin hal ini yang ini dipikirkan Man City yang begitu ngotot untuk mendatangkan Messi. Paling tidak, kebuntuan Man City di Liga Champions bisa terpecahkan dengan kehadiran Messi. Namun, harapan itu pupus bersama dengan pernyataan sang bintang untuk bertahan.
Messi tunduk pada klub yang telah membesarkannya. Pada titik ini, dia menyadari bahwa klub adalah sebuah rumah yang tidak boleh dirusaki. Meski berseberangan dengan manajemen, Messi tetap yakin untuk memberikan yang terbaik bagi klub yang telah berjasa kepadanya. Toh, manajemen itu sendiri juga lebih besar dari klub Barcelona.
Dengan kata lain, kesediaan Messi untuk tinggal di Barca bukan untuk menyenangkan manajemen, tetapi dia mengedepankan klub itu sendiri, Barcelona. Sebagai sebuah klub, Barcelona lebih besar dari kekuasaan manajemen dan bahkan kebintangan Messi sendiri.
Messi akan memulai petualangan baru di bawah kendali Ronald Koeman. Tentunya, Koeman berharap agar sinar kebintangan Messi tidak redup di bawah kendalinya. Toh, mereka berdua hanyalah alat klub untuk terus membesarkan nama klub di jagad sepak bola.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H