Menurut Manang Tina, akibatnya tidak saja bagi dirinya, tetapi bagi anak-anaknya. Luka batin juga masuk ke dalam hati anak-anak mereka. Mereka kerap menyaksikan adegan bagaimana ayah mereka memperlakukan dirinya, ibu mereka dengan kasar.
Belum lagi reaksi tetangga. Karena kekerasan yang dialaminya, tetangga ikut prihatin tetapi mereka menjadikan situasi keluarganya sebagai bahan cerita. Jadinya, dia tidak menjadi nyaman untuk berada dan bergaul dengan mereka.
Pilihan berpisah menjadi pilihan yang tepat bagi Manang Tina. Saat ini hidup menjadi nyaman. Tidak terkungkung oleh sikap kasar suami. Juga tidak perlu malu ketika suaminya mabuk dan melakukan perbuatan tidak baik.
Baginya, mereka sudah berpisah. Jalan hidup sudah berbeda.
Menariknya, mereka berpisah tanpa hitam di atas putih. Tanpa perlu masuk pengadilan negara atau juga diproses secara agama. Kebetulan Manang Tina adalah seorang Katolik.
Proses percerain di lembaga negara barangkali gampang diproses. Namun, perceraian di lingkup agama Katolik bukanlah perkara gampang.
Ada pelbagai macam proses yang mesti dilalui oleh mereka yang memilih untuk bercerai. Satu hal yang pasti adalah kesabaran untuk mengikuti setiap proses yang diwajibkan gereja.
Saya tidak mau bertanya bagaimana dia melihat perceraiannya itu dengan iman yang digelutinya. Saya hanya melihat bagaimana pengalaman sakit di masa silam telah melukai hatinya hingga membekas saat ini.
Tentang perceraian Manang Tina, saya melihat salah satu tantangan dan kesulitan dalam hidup berkeluarga. Pihak laki-laki kerap memainkan kekerasan untuk membenarkan pendapat dan menguasai relasi di dalam keluarga.
Pada satu sisi, pilihan Manang Tina dibenarkan. Menikah seharusnya menjadikan seorang sebagai manusia yang bermatabat. Dia menghargai patnernya bukan sebagai lawan jenis, tetapi patner yang mau hidup dalam situasi suka dan duka.
Akan tetapi, pada saat pernikahan hanya berbuah kekerasan, hal itu tentunya melangkahi makna dari pernikahan. Bahkan itu menodai arti pernikahan itu sendiri, di mana lewat pernikahan dua orang bersatu seyogianya untuk saling mencintai.