Ronald Koeman resmi menjadi pelatih baru Barcelona. Tugas yang cukup berat bila dibandingkan dengan posisinya sebagai pelatih tim nasional Belanda.
Koeman sudah berhasil membawa timnas Belanda pada perhelatan Piala Eropa 2021. Sementara itu, di Barca Koeman harus membawa Barca keluar dari keterpurukan.
Entah apa yang melatari Koeman memilih Barca dan meninggalkan timnas Belanda. Barangkali Koeman ingin menjadi bagian dari sejarah klub yang pernah membesarkan namanya di tahun 90-an ini.
Koeman datang ke Barca dengan ragam tantangan. Tantangan yang paling pertama dan utama adalah mengembalikan mentalitas Barca sebagai tim juara. Salah satu tim yang disegani, bukan saja di La Liga Spanyol, tetapi juga di daratan Eropa.
Kekalahan telak dari Bayern Munchen (2-8) seolah puncak dari kemerosotan Barca di kancah Eropa. Barca bukan lagi tim yang perlu ditakuti laiknya beberapa tahun silam. Hal ini dibuktikan jika melihat statistik penampilan Barca di Liga Champions pada tiga musim terakhir. Kalah dan tersingkir di Liga Champions dengan cara yang cukup mengenaskan.
Ini menjadi pekerjaan besar Koeman di Barca. Pelatih asal Belanda ini mesti membangun kembali puing-puing yang telah runtuh agar Barca kembali menjadi tim yang disegani di mata Eropa.
Di balik upaya ini, Koeman juga berhadapan dengan situasi ruang ganti. Ruang ganti dipenuhi oleh para pemain yang sudah berusia 30-an tahun, termasuk mega bintang Lionel Messi. Para pemain ini juga mempunyai pengaruh penting di ruang ganti Barca.
Tidak mengherangkan jika situasi seperti ini terjadi. Pasalnya, beberapa pemaian seperti Gerard Pique, Lionel Messi, Jodie Alba dan Sergio Busquet sudah lama bermain di Barca. Terlebih lagi, mereka berasal dari akademi tim dan sudah menjadi bagian kesuksesan dari Barca. Karena ini, mereka terbilang mempunyai pengaruh besar di dalam tim.
Di balik situasi ini, Koeman dituntut untuk membaharui tim. Pembaharuan itu dimulai dengan upaya membersihkan ruang ganti dari para pemain yang sudah mengalami kemunduran karena faktor usia.
Makanya, pemain seperti Ivan Rakitic, Luiz Suarez, Arturo Vidal, Gerard Pique, Sergio Busquet, dan Jordie Alba yang sudah berada di atas 30-an tahun harus siap menerima keputusan untuk dibangkucadangkan atau memilih untuk pindah klub.
Lantas, bagaimana dengan Lionel Messi? Kontribusi Lionel Messi bagi Barca tidak bisa diragukan. Hingga musim ini pemain yang berjuluk La Pulga ini tetap menunjukkan taringnya sebagai pemain penting di Barca. Akan tetapi, Messi terlihat sendirian dalam mengembangkan permainan tim.
Performa Luis Suarez tidak lagi seperti beberapa tahun silam. Dembele kerap didera cedera. Griezmann juga belum menemukan ritme yang pas untuk menunjukkan kualitasnya di Barca. Karena ini, Messi terlihat sendirian di Barca.
Sejauh ini, Barca masih mengharapkan Messi. Akan tetapi ketika kapten tim ini terkunci oleh taktik lawan, permainan Barca menjadi mandek. Begitu pula, ketika Messi absen dari tim, permainan Barca tidak begitu tajam.
Ini berarti Messi masih menjadi bagian yang penting dari Barca. Paling kurang, Barca perlu tetap mengamankan mantan anak akademinya itu dari kejaran para raksasa Eropa lainnya. Ataupun mengamankan hati Messi dengan menciptakan iklim yang nyaman di Barca.
Pastinya, kekalahan kontra Bayern Munchen membuat Messi kecewa dan sedih. Spekulasi pun mencuat jika pemain yang meraih banyak gelar dengan Barca ini berpikir untuk hengkan ke klub lain. Kabar ini terlahir karena ketidaksenangan Messi pada situasi dan arah manajemen dalam membangun klub.
Mengamankan Messi di Camp Nou sama halnya dengan membuat pemain berkaki kidal itu untuk tetap senang. Dengan kata lain, sejauh Messi senang berada di Camp Nou, pintu keluar pun semakin tutup, begitu pun sebaliknya.
Ini adalah salah satu tugas Koeman. Tugas mengamankan Messi agar tetap berada di Camp Nou. Tugas untuk membuat Messi senang dengan taktik dan strategi dalam membangun dalam permainan tim.
Pada titik ini, Koeman sepertinya berada pada sisi dilematis sebagai pelatih Barca. Pada satu sisi, dia datang untuk membaharui tim dengan strateginya. Pembaharuan itu sendiri kerap kali membutuhkan pengorbanan. Pengorbanan itu bisa berupa meminggirkan para pemain tertentu agar taktik dan strategi tim bisa berjalan sesuai dengan rencana.
Di pihak lain, Koeman juga berupaya untuk tetap mengamankan Messi di Camp Nou. Dengan ini, mau tidak mau, Koeman juga harus mengikuti arah pikiran sang kapten dalam menunjukkan taktik di lapangan.
Berada pada dua titik ini sangatlah beresiko bagi Koeman. Dia ingin membangun tim dengan leluasa dan butuh pengorbanan tertentu. Akan tetapi, dia juga ingin mengamankan Messi di tim. Mengamankan Messi juga perlu mengikuti kehendak dari pemain itu sendiri.
Mengikuti kehendak Messi bisa berarti mengesampingkan upaya untuk membaharui tim. Pada akhirnya, Koeman datang ke Barca bukan dengan ide baru, tetapi tetap bergantung pada Lionel Messi di lapangan hijau.
Namun, kalau Koeman datang ke Barca untuk membawa ide baru, dia harus berani berhadapan dengan segala konsekuensi di ruang ganti. Termasuk berani untuk keluar dari ketergantungan besar Barca pada Lionel Messi. Bahkan, perlu membangkucadangkan Messi jika memang strategi tim membutukan hal itu.
Koeman datang ke Barca dengan situasi yang cukup rumit. Dia mesti menunjukkan karakter yang kuat laiknya penampilannya dulu sebagai seorang bek dan gelandang tangguh di Barca di tahun 90-an.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H