Pandemi korona tidak hanya memengaruhi perubahan format kompetesi di liga-liga Eropa. Ini juga memengaruhi dan mengancam kondisi keuangan tim-tim Eropa.
Andaikata sebuah tim masih nekat membeli seorang pemain dengan harga selangit sebagaimana musim pada sebelumnya, itu berarti sistem keuangan klub itu sudah mantap.
Saya kira hal itu sangat sulit dilakukan bila menimbang pengaruh pandemi pada situasi ekonomi di setiap lini kehidupan masyarakat.
Tak heran jika kondisi transfer pada saat mendatang tidak menunjukkan harga selangit seperti pada musim sebelumnya. Ini terjadi karena pandemi korona sementara memengaruhi situasi keuangan.
Pandemi telah membatasi kompetesi. Ruang gerak klub menjadi terbatas. Sampai hari ini, banyak pertandingan masih tertutup dari kehadiran suporter.
Padahal, suporter menjadi salah satu aset dalam menguatkan sistem keuangan. Tiket yang dibeli para suporter setiap pertandingan menjadi salah satu sumber pendapatan klub dari setiap pertandingan.
Maka dari itu, setiap klub pastinya menyikapi dengan bijak musim transfer mendatang. Target yang paling kasat mata adalah mendatangkan pemain potensial dengan harga seturut kondisi keuangan klub.
Barangkali sangat beresiko jika mendatangkan talenta yang sudah jadi. Itu bisa mengocangkan stabilitas keuangan klub.
Tidak apa-apa, jika pemain mahal itu langsung berkontribusi besar bagi klub. Akan tetapi, saat performa pemain itu langsung mentok, transfer tersebut malah menambah penyakit bagi kondisi klub sendiri.
Valencia, salah satu klub La Liga Spanyol menjadi salah satu klub yang tergoncang secara ekonomi karena pandemi korona. Valencia bukanlah tim kacangan. Di La Liga Spanyol, Valancia kerap merepotkan kekuatan Real Madrid dan Barcelona.
Sementara itu, di Eropa, Valencia kerap hadir sebagai kuda hitam yang memberi warna persaingan di kompetesi Eropa. Â Karena ini, situasi yang terjadi di Valencia tidak bisa dipandang sebelah mata.