Sejak pekan lalu, pemerintah provinsi di mana saya tinggal di Filipina bagian utara kembali memberlakukan pembatasan kegiatan publik. Â Targetnya hanya 14 hari.
Acara-acara yang melibatkan kerumunan dan menciptakan keramaian dilarang untuk tenggang waktu yang ditetapkan. Pelarangan ini terjadi karena perkembangan masalah pandemi. Kasus korona sudah menyebar pada level lokal di tengah masyarakat.
Sejak pekan lalu, lonjakan kasus meningkat cepat. 9 kasus ditemukan dalam sehari. Dari belasan orang, kasus naik menjadi 30-an kasus. Bahkan sejak pekan lalu, hampir tiap hari ditemukan kasus baru.
Parahnya, dari beberapa kasus ini, beberapa kasus sudah terjadi pada level lokal. Dalam arti, para pasien tidak mempunyai sejarah perjalanan keluar dari provinsi.
Barangkali karena ini, pihak pemerintah menangguhkan untuk sementara waktu kegiatan yang bersifat publik. Meski demikian, roda ekonomi tetap berputar. Aktifitas bisnis berjalan sebagaimana mestinya. Hanya saja, pihak pemilik bisnis harus menerapkan protokol kesehatan seturut apa yang diwajibkan.
Membatasi pergerakan ekonomi sama halnya dengan menambah beban yang sudah ada di pundak masyarakat. Bagaimanapun, masyarakat juga butuh sumber untuk mempertahankan hidup di tengah situasi pandemi. Â
Kasus Covid-19 yang berada pada level lokal lebih mencemaskan masyarakat. Barangkali ini terjadi karena baru pertama kali terjadi.
Sebelum ini terjadi, masyarakat tidak begitu cemas. Umumnya kasus yang ditemukan berkaitan dengan orang-orang yang mempunyai perjalanan dari luar provinsi. Dengan ini, mencari jejak kontak pasien terbilang gampang.
Akan tetapi semenjak kasus sudah mengenai beberapa orang-orang yang tidak pernah keluar provinsi, ada rasa was-was dan kuatir pergi ke tempat publik. Tidak sedikit orang yang berpikir bahwa boleh jadi penyakit sudah ada di antara masyarakat yang kita jumpai setiap hari.
Pada satu sisi, pikiran seperti ini bermanfaat. Tujuannya agar masyarakat selalu waspada. Namun, ini juga menunjukkan sisi kecemasan. Padahal, sejauh disiplin mengikuti protokol kesehatan, penyakit bisa terhindarkan. Â
Sebulan yang lalu provinsi ini menyatakan diri bebas dari Covid-19. Status ini mengembirakan masyarakat yang kehidupannya dibatasi selama beberapa bulan.
Kegiatan berangsur kembali normal dengan menerapkan protokol kesehatan. Kegiatan yang melibatkan banyak orang pun mulai dibuka. Makanya, banyak acara yang diselenggarakan sewaktu provinsi ini dalam status bebas covid-19.
Status bebas korona itu bertahan untuk sementara waktu. Ditemukan beberapa kasus pada beberapa orang yang baru tiba dari luar provinsi. Awalnya gampang dikontrol karena jejak kontak dari pasien masih begitu terbatas.
Namun, persoalan menjadi rumit ketika kasus sudah menjangkiti warga lokal. Kemarin (8/8), saya membaca di halaman media sosial kepunyaan pemerintah provinsi ini tentang kemunculan pasien baru. Dia adalah seorang penjaga salah satu toko.
Memang, keterjangkitannya berhubungan dengan pasien sebelumnya. Akan tetapi, pasien ini tidak mempunyai sejarah perjalanan keluar provinsi. Lebih dari itu, dia mungkin membangun banyak relasi dengan orang-orang di sekitar, terlebih khusus dengan para pembeli.
Melihat situasi seperti ini, banyak orang menjadi lebih cemas dan kuatir untuk pergi ke tempat publik. Padahal, di tempat-tempat publik, pemerintah sudah mewajibkan untuk memberlakukan protokol kesehatan. Roda ekonomi tetap berjalan dengan situasi yang baru. New normal.
Namun, situasi baru ini tidak dipandang optimis secara total. Masyarakat belum siap untuk pergi ke tempat publik jika melihat perkembangan kasus yang terjadi.
Pernah saya meminta salah seorang karyawan kami untuk pergi ke salah satu toko penjualan alat tulis. Dia menolak. Menurutnya, aturan di toko tersebut begitu ketat.
Selain suhu badan pengunjung dicek, dia juga harus mencatatkan namanya di buku yang telah disiapkan. Tujuannya agar memudahkan untuk mencari jejak pengunjung jika kebetulan ada pasien yang berkunjung ke toko tersebut. Â
Menurut asumsinya, dia agak cemas kalau kebetulan orang-orang yang masuk bersamaan dengan dirinya ke toko itu ternyata menderita penyakit Covid-19.
Apalagi pasien covid-19 sudah bertambah banyak. Hanya karena itu, dia harus mendapat pengecekan. Bahkan dia pun bisa dikarantina andaikata dia berkunjung ke toko itu bersamaan dengan seorang pasien.
Pemerintah sudah mewajibkan protokol kesehatan di tempat publik. Situasi new normal. Seyogianya masyarakat bisa menerima dan menjalankan itu. Pendeknya, masyarakat mesti siap berhadapan dengan situasi baru tersebut.
Akan tetapi, tidak sedikit orang yang cemas dan ragu. Kecemasan dan keraguan ini terjadi ketika kasus Covid-19 meningkat pesat dan sudah bersentuhan langsung dengan masyarakat lokal.
Biarpun kita berupaya berdamai dengan situasi, namun sebagai manusia kecemasan sulit juga dielak. Jadinya, lebih cemas daripada lebih siap menghadapi situasi baru. Â
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H