Real Madrid berhasil memastikan dirinya sebagai kampiun La Liga Spanyol musim ini. Kesuksesan ini tak lepas dari konsistensi mereka selepas rehat karena pandemi korona.
Saat El Real tampil konsisten, Barca malah kurang tampil gemilang. Alhasil, posisi puncak yang sebelum rehat pandemi korona ada di tangan Barca berhasil direbut Real Madrid.
Duka Barca beakhir tragis saat di laga kontra Osasuna, Barca dihantam  dengan kekalahan (1-2). Tak disangka-sangka tim Catalan yang bertabur bintang ini keok. Kekalahan ini mengejawantakan motivasi tim. Motivasi melemah karena El Real kian dekat dengan trofi La Liga.
Meski demikian, kekalahan ini juga menjadi alarm serius bagi Barcelona. Tim tidak dalam kondisi stabil. Meski bertabur bintang, Barca belum menunjukkan performa yang menjanjikan setelah rehat pandemi korona. Malah, Barca tetap menunjukkan persoalan yang sama seperti musim lalu.
Memang, penampilan Barca musim ini tidak lepas dari pelbagai faktor. Misalnya, faktor pelatih yang diganti pertengahan musim. Valverde keluar dan Satien yang masuk tidak memberikan angin segar pada penampilan tim.
Belum lagi ketergantungan pada Lionel Messi yang sulit terlepaskan. Messi masih menjadi andalan Barca. Terlebih lagi, sewaktu patnernya, Luis Suarez cedera. Messi seolah menjadi petarung solo di lini depan Barcelona.
Antoine Griezmann yang didatangkan dari Atletico Madrid masih belum menunjukkan kualitas terbaiknya. Ansu Fati masih membutuhkan pengalaman. Sementara rektrutan di tengah musim ini, Martin Braitwaite seolah menjadi pelengkap lini depan Barca.
Sebenarnya Barca mempunyai amunisi yang mumpuni. Tidak sedikit orang yang menilai jika amunisi itu tidak diracik dengan baik. Barca hanya membutuhkan sosok yang betul-betul mempersatukan para pemain. Sosok yang bisa memberikan pengaruh di ruang ganti dan dari pinggir lapangan.
Hal ini yang dimiliki oleh Zidane di Real Madrid. Karismanya sebagai pelatih memberikan dampak bagi para pemain. Para pemain menaruh hormat pada Zidane dan Zidane pun membangun relasi yang baik para pemain. Pengecualian mungkin dengan Garet Bale yang terlihat semakin menjauh dari El Real musim depan.
Ya, Real Madrid juara karena juga Barca tidak tampil konsisten. Lebih tepatnya, Barca dalam kondisi yang tidak baik.
Inilah yang menjadi kecemasan dan kekecewaan Lionel Messi. Mencermati penampilan Barca dalam laga kontra Osasuna, bintang Barca ini mencemaskan pada penampilan Barca dalam Liga Champions. Â
Menurut bintang asal Argentina ini, jika Barca tetap menunjukkan penampilan seperti kontra Osasuna, Barca bisa keok di tangan Napoli. Pertemuan di leg I, Barca berhasil ditahan 1-1. Pada pertandingan leg II nanti, mereka akan bermain di Lisbon. Dari faktor tempat, tidak ada tim yang diuntungkan. Semuanya berpeluang maju ke babak semifinal.
Terlebih lagi, format Liga Champions agak berbeda. Tidak lagi menerapkan sistem tandang-kandang. Yang dibutuhkan adalah performa gemilang dalam satu pertandingan.
Kecemasan Messi beralasan. Dalam dua musim terakhir di ajang Liga Champions, Barca selalu tunduk dengan cara menyakitkan. Unggul besar di kandang sendiri, tetapi keok dengan sangat menyakitkan di kandang lawan. Tersingkir oleh As Roma pada musim 2017/18 dan dari Liverpool musim 2018/19 masih menjadi rekaman yang sulit terlupakan dari kepala sang kapten. Â
Messi benar. Barca harus memperbaiki penampilan mereka jika ingin meraih trofi Liga Champions.
Situasi Barca di kompetesi La Liga musim ini membahasakan mentalitas tim. Semangat untuk menang tidak ada. Para pemain tidak mempunyai motivasi. Seperti yang dilontarkan oleh Messi jika El Real meraih trofi karena Barca sendiri yang membantunya (Goal.com 17/7).
Ketidakkonsisten Barca adalah jalan mulus bagi El Real meraih puncak. Penampilan yang sama juga bisa menjadi pintu masuk bagi Napoli ke babak berikutnya.
Boleh jadi juga ini terjadi karena tidak adanya sosok yang memberikan motivasi lebih kepada para pemain. Walau bertalentakan pemain hebat, tetapi tanpa motivasi dan karisma kuat dari seorang pelatih, para pemain bisa tampil jeblok.
Trofi liga champions menjadi asa terakhir Barca pada musim ini. Asa ini akan berakhir dengan kisah manis jika Barca tampil gemilang. Tampil laiknya sebagai seorang calon juara. Penuh motivasi dan haus gelar.
Kalau tidak, kedukaan Barca karena trofi La Liga pergi ke rival abadi akan semakin dalam dan menyakitkan. Apalagi, jika konsistensi El Real berlanjut di kompetesi Liga Champions dan berhasil meraih si kuping besar. Barca berduka dan El Real bersukacita atas raihan mereka.
Gobin Dd
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H