Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Lebih Pilih Tunda Nikah Daripada Terikat Protokol Kesehatan

16 Juli 2020   19:59 Diperbarui: 16 Juli 2020   19:54 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada pelbagai tata cara merayakan sebuah pernikahan. Ini bisa bergantung pada konteks budaya, sosial, dan agama.

Di Manggarai, Flores, pernikahan menjadi salah satu kesempatan untuk berpesta. Tidak jarang terjadi, pestanya berlangsung besar dan meriah seperti menyewa gedung dan mengundang banyak orang.

Selain itu, dalam sebuah acara pernikahan selalu ada yang disebut dengan "acara bebas." Acara bebas ini merupakan acara berdansa dan bergoyang.  Terjadi di penghujung acara. Atau juga, setelah acara resmi berakhir. 

Karena ini, tidak sedikit orang datang ke pesta nikah hanya karena motif acara bebas. Tanpa acara bebas, daya tarik sebuah pesta berkurang.

Semuanya ini dibuat untuk meramaikan pernikahan itu sendiri. Jadinya, tanpa musik meriah, kehadiran orang banyak, dan acara bebas, acara pernikahan bisa terlihat kering.

Kondisi seperti ini sangat berseberangan dengan protokol kesehatan pada situasi pandemi saat ini. Jaga jarak dan menjauhi keramaian berjalan terbalik dengan situasi pesta pada umumnya. Barangkali karena ini, orang mulai berpikir untuk menunda acara pernikahan.  

Begitu pun, di sini di mana saya tinggal di Filipina. Mereka mempunyai tata cara tersendiri dalam merayakan sebuah pernikahan. Seperti di Indonesia, tata cara setiap daerah juga berbeda.

Saya mau mengisahkan tentang acara pernikahan yang saya pernah lihat di tempat saya tinggal. Provinsi bagian Utara Filipina.

Biasanya, semalam sebelum hari berlangsungnya perayaan pernikahan, pihak yang berpesta mengundang orang-orang sekampung untuk datang ke rumah mereka. Ini juga biasa menjadi tempat resepsi dari kedua mempelai.

Pihak yang memiliki acara pernikahan melangsungkan sebuah acara. Di sini mereka biasanya menyebutnya dengan  "malam Bisperas." Secara harfiah, malam Bisperas berarti malam sebelum pernikahan.  

Pasangan yang mau menikah akan berdansa dan ini disaksikan oleh banyak orang. Lalu, orang-orang yang hadir itu akan memberikan sejumlah uang kepada pasangan tersebut. Biasanya, uang itu digantung pada tubuh dari kedua mempelai.

Selain itu, malam itu juga diberikan kesempatan bagi yang hadir untuk berdansa seperti ikut menemani dan menikmati kebahagiaan bersama pasangan yang mau menikah.  

Malam Bisperas bukan saja momen untuk merayakan kebahagiaan bersama kedua mempelai. Tetapi ini juga menjadi kesempatan bagi pasangan untuk mencari dana.

Dana yang dikumpulkan ini biasanya dipakai sebagai titik awal dari pasangan untuk memulai kehidupan berkeluarga.

Tidak sampai di situ. Di hari pernikahan, setelah perayaan nikah di gereja, kedua mempelai juga akan dijamu oleh banyak orang di tempat resepsi. Di sini, acara pesta nikah selalu dibuat siang hari.

Sebelum menikmati santapan siang, keduanya akan berdansa. Sambil berdansa, orang-orang yang diundang akan melekatkan dan menggantung sejumlah uang pada tubuh pasangan yang baru menikah ini. Mereka bisa berdansa 3-4 kali bergantung komando dari pengatur acara.

Saya perhatikan jika semakin lama berdansa, semakin banyak orang memberi. Ini juga bergantung pada situasi keuangan dari orang-orang yang diundang.

Setelah santap siang, pihak penyelenggara acara akan menghitung uang yang terkumpul sejak malam sebelumnya, malam Bisperas hingga pada hari nikah. Setelah dihitung, jumlah uang itu akan diumumkan ke publik.

Kalau jumlahnya besar, pasti kedua pasangan dan keluarga mereka senang. Kalau jumlahnya pas-pasan, ada saja orang yang merelakan diri untuk menambahkan jumlah tersebut.

Situasi seperti ini tentunya menguntungkan pasangan yang menikah. Paling tidak, mereka mempunyai dana awal untuk memulai kehidupan berkeluarga.

Mungkin karena ini, banyak orang yang memilih menunda perayaan nikah daripada menikah di masa pandemi. Menikah di tengah situasi pandemi berarti mengikuti protokol kesehatan.

Jumlah orang yang hadir dibatasi. Acara begitu kering karena beberapa tempat menerapkan aturan acara tanpa musik. Juga, acara Bisperas ditiadakan karena apa yang dilakukan itu sangat berseberangan dengan protokol kesehatan.

Beberapa pekan lalu, saya bertanya ke salah satu pasangan tentang rencana pernikahan mereka. Seharusnya mereka menikah pada bulan April lalu. Namun, situasi tidak memungkinkan.

Mereka menjawab jika kalau situasi memungkinkan, mereka akan menikah pada bulan Desember. Kira-kira lima bulan lagi.

Mereka tidak sendirian. Beberapa pasangan memilih untuk menunda pernikahan mereka. Umumnya, mereka memilih bulan Desember dan Januari.

Apabila menikah di masa pandemi, mereka harus mengikuti protokol kesehatan. Banyak hal yang ditiadakan dan hal-hal itu acap kali membuat sebuah perayaan menjadi meriah dan menarik.  

Ya, di sini biasanya orang memilih waktu untuk menikah itu pada bulan Maret sampai Mei dan juga bulan Desember sampai Januari. Bulan-bulan ini adalah waktu untuk berlibur. Cuaca juga mendukung. Banyak orang yang mudik pulang kampung.

Saat pandemi menyerang di bulan Maret hingga saat ini, banyak yang memutuskan untuk menunda pernikahan. Targetnya, bulan Desember mendatang.

Ini pun bergantung pada perkembangan situasi. Kalau situasi sudah terkendali, bisa saja mereka melangsungkan pernikahan sebagaimana tata cara yang mereka buat.

Semakin banyak orang yang datang dan menghadiri pesta, semakin besar pula peluang untuk mendapatkan dana untuk keluarga baru. Terlebih lagi, jika yang hadir adalah mereka yang mudik dari luar daerah.

Tunda menikah di masa pandemi adalah pilihan sebagian orang. Salah satu alasannya karena soal tata acara yang biasa dibuat dalam pernikahan itu. Ada yang kurang jika salah satu tata acara dihilangkan.

Gobin Dd

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun