Kabarnya juga, Ismunandar siap bertarung dalam Pilkada bulan Desember mendatang. Dia kembali menjadi calon bupati Kutai Timur.
Kedua pejabat daerah ini terpilih karena suara rakyat untuk menjalankan amanah rakyat. Mereka seyogianya bekerja demi amanah rakyat.
Bertanggung jawab pada amanah rakyat itu menyata lewat kepeduliaan mereka pada krisis yang sementara menimpa rakyat. Mereka peduli pada krisis. Mereka bekerja dan mencari solusi agar rakyat keluar dari belenggu krisis tersebut.
Bukan sebaliknya, pemimpin seolah tinggal di menara gading dengan segala keamanan dan kenyamanannya. Sementara rakyat dibiarkan menderita di tengah belenggu krisis. Apalagi, di tengah rakyat berhadapan dengan krisis, para pemimpinnya melakukan skandal yang menambah beban bagi rakyat sendiri.
Sense of Crisis, Kriteria Pemimpin yang dicari pada Pilkada mendatang
Pada bulan Desember mendatang, sebagian wilayah di Indonesia akan melangsungkan pemilihan kepala daerah (pilkada). Kontestasi politik ini kerap menarik rakyat untuk terlibat aktif.
Pilkada kerap berlangsung seru. Pasalnya, pemimpin yang dipilih umumnya bersentuhan langsung dengan konteks kehidupan masyarakat. Juga, para pemimpin adalah sosok-sosok yang biasa dijumpai dalam kehidupan harian.
Pandemi korona sekiranya menjadi pelajaran berharga bagi rakyat. Pada situasi seperti ini, sangat perlu untuk mencari dan memilih seorang pemimpin yang mempunyai sense of crisis. Pemimpin yang tahu dan peka dengan situasi krisis.
Kualitas itu ditunjukkan lewat kepribadiaan yang mau bekerja untuk rakyat, terlebih khusus di tengah situasi sulit. Bukannya, mencari pemimpin karena kepentingan semata dan latar belakang tertentu.
Tentunya, ini menjadi tantangan serius bagi banyak petahana. Kalau mereka tidak terlibat aktif dalam situasi krisis selama pandemi korona, mereka bisa disingkirkan. Tetapi kalau mereka memiliki sense of crisis selama pandemi korona, mereka berpeluang terpilih lagi.
Masyarakat harus juga peka pada setiap calon pemimpin. Pilih orang yang tepat demi lima tahun yang cerah.