Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Waspadai Jebakan Janji Politik agar Tidak Tinggal dalam Harapan Semu

8 Juli 2020   13:43 Diperbarui: 9 Juli 2020   09:26 306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Janji adalah utang! Pernyataan yang barangkali sangat familiar bagi kita umumnya.

Artinya, saat kita berjanji, kita seolah mempunyai utang yang mesti dibayar pada saat tertentu. Kalau janji itu tidak dibuktikan, kita mempunyai utang tertentu kepada orang yang kita janjikan.

Memberikan janji mungkin gampang, tetapi merealisasikannya penuh tantangan. Saat kita berjanji, kita sebenarnya mengikat diri kita pada harapan banyak orang. 

Secara manusiawi, seharusnya kita malu jika tidak memenuhi janji kita dan bertemu dengan orang yang dijanjikan.  Ketika kita mewujudnyatakan janji kita, orang akan semakin percaya dengan kita.

Memang, saat kita memenuhi janji itu, kita pun memenuhi harapan orang yang dijanjikan. Kalau tidak, secara tidak langsung kita dibayang-bayangi oleh harapan banyak orang. Dengan kata lain, kita membiarkan orang-orang yang dijanjikan untuk tinggal dalam harapan semu. 

Janji selalu berorientasi pada waktu yang akan datang. Ada jangka waktunya. Lebih bijaknya, mewujudkan janji itu seturut target waktu yang ditetapkan.  

Sebuah janji selalu mempunyai dayanya sendiri. Ini bisa menggerakan seseorang untuk bertindak. Ini bisa mengubah haluan pikiran dan tindakan orang. Apalagi jika janji itu mengena situasi dan konteks tertentu.

Salah satu janji yang kita biasa kita temui adalah janji politik. Janji politik umumnya terjadi di musim kontestasi politik, seperti pemilihan umum.

Para calon yang bertarung dalam kontestasi politik ini membawa dan menawarkan janji-janji politik. Janji-janji itu menarik dan menggiurkan. Kalau tidak seperti itu, massa gampang bertolak haluan kepada calon lainnya.

Visi dan misi para kandidat kerap tidak terlalu diperhatikan. Masyarakat lebih mencari langkah konkret apa yang akan diberikan para kandidat jika terpilih.

Menyikapi itu, tidak sedikit kandidat yang menelurkan janji-janji politik  yang bersentuhan dengan situasi masyarakat. Strategi seperti ini kerap kali ampuh karena masyarakat melihat jika seorang kandidat menawarkan hal-hal yang konkret. Walau sekadar janji, tetapi karena isinya konkret, masyarakat kerap kali gampang tergiur.

Yang saya perhatikan adalah janji politik selalu bersentuhan dengan kebutuhan masyarakat. Misalnya, jika kebutuhan masyarakat adalah jalan dan ketersediaan air bersih. Seorang calon atau juga banyak calon berjanji untuk menyediakan air bersih atau pembangunan jalan kalau dirinya terpilih. Secara tidak langsung, janji seperti itu menjadi cara untuk menuntun suara masyarakat.

Karena ini, peluang keterpilihan kandidat yang memberikan janji dengan langkah yang konkret dan melekat dengan kebutuhan masyarakat semakin lebar. Apalagi, jika pemberi janji itu menampilkan data-data yang mengarahkan pada pembuktian jika janji itu bisa terealisasi.

Namun, tidak jarang terjadi jika janji politik hanyalah sekadar alat untuk menarik suara rakyat. Pilih topik dan bahan yang bersentuhan dengan kebutuhan, kepedulian. dan kesulitan masyarakat. Janjinya hanya kata-kata untuk meraih kekuasaan. Soal mewujudkan janji itu tidak terlalu dipedulikan.  

Janji dalam kontestasi berpolitik bukanlah wajah baru. Ini adalah salah satu strategi untuk memenangkan sebuah kontestasi politik. Persoalannya, saat janji itu hanya sekadar pemanis untuk menarik suara, tanpa peduli bagaimana merealisasikan janji tersebut.

Hemat saya, sangat penting bagi rakyat melihat dan mencerna janji politik. Tidak semua janji politik itu realistis dan bersentuhan dengan situasi rakyat. Juga, tidak semua kandidat yang menawarkan janji politik akan mampu merealisasikan janji tersebut. Bisa saja, hanya strategi semata dan bukan target yang realistis.

Pada satu sisi, kita sulit memisahkan diri kita dari pelbagai janji politik. Di sisi lain, kita juga dituntut untuk mencerna setiap janji politik yang hadir di tengah kita.

Pada bulan Desember tahun ini, banyak wilayah di Indonesia akan melangsungkan Pilkada. Di beberapa tempat dan di media sosial, pelbagai wajah bakal calon bermunculan.

Situasi Pilkada akan terasa hangat. Beberapa kali saya membaca komentar di media sosial tentang situasi yang akan terjadi di kabupaten saya. Tiap orang berargumen tentang para calon. Ada yang mengkritisi, dan ada pula yang berupaya untuk mempertahankan penampilan calon mereka.

Untuk sebuah konteks kontestasi politik, situasi ini adalah wajah normal. Hanya perlu setiap orang berargumen secara sehat dan positif agar dengan itu terlahir sebuah kontestasi politik yang sehat dan positif pula.  

Di balik kontestasi politik ini juga, banyak janji politik yang akan "bergentayangan" di tengah masyarakat. Ini tidak dilarang. Ini adalah bagian strategi dalam memenangkan kontestasi politik.

Setiap calon tentunya ingin memenangkan pertarungan politik ini. Salah satu caranya adalah dengan menyampaikan janji politik.

Seperti sistem berutang, para calon memengaruhi suara masyarakat dengan janji-janji politik. Sekiranya, utang ini terbayar saat mereka sudah terpilih dan duduk di kekuasaan.  

Pada situasi seperti ini, masyarakat tetap menjadi standar utama dalam menilai dan melihat janji politik yang hadir. Tidak semua janji itu bisa direalisasikan. Tidak semua kandidat mempunyai kapasitas dalam merealisasikan janji politik.

Juga, tidak terlalu cepat pada janji-janji politik yang datang ke tengah masyarakat. Setiap janji-janji politik mesti dicurigai, diragukan dan dibedah dengan pikiran yang rasional. Jadi, masyarakat perlu mengevaluasi secara mendalam agar tidak terjebak pada janji-janji mulus dan tinggal dalam harapan palsu selama 5 tahun.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun