Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Gara-gara Liverpool Juara, Seorang Teman yang Fans MU Belum Balas Pesan Saya

26 Juni 2020   21:38 Diperbarui: 27 Juni 2020   12:58 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: Express.co.uk

Sepak bola merasuki kehidupan sebagian besar dari kita. Gara-gara sepak bola, kita rela begadang. Tidak kenal waktu untuk tidur.

Kita juga rela berdebat tentang tim dan para pemain dunia yang berbeda. Perdebatannya kadang mengalahkan perdebatan di dunia politik. Panas dan tidak mau kalah untuk mempertahankan kualitas pemain favorit ataukah tim kesayangan.

Bahkan gara-gara sepak bola, relasi bisa menjadi asam. Tidak mau berbicara satu sama lain. Atau juga, mengurung diri hanya karena tim kesayangan mengalami kekalahan.

Waktu masih tinggal di sekolah berasrama, sepak bola menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan harian. Hampir tiap sore sepak bola menjadi olahraga favorit dari penghuni asrama. Rasanya ada yang kurang jika sore hari tidak diisi dengan bermain sepak bola. 

Fasilitas tersiapkan dengan baik. Dalam setahun, bisa dua kali kompetesi dibuat untuk menyalurkan bakat di dunia sepak bola.

Tidak sampai di situ. Tayangan sepak bola menjadi santapan banyak orang. Kalau ada jadwal pertandingan, kami selalu meminta pembina asrama untuk mengijinkan kami menonton pertandingan sepak bola. Selalu yang menarik adalah reaksi para fans dari tim yang bertanding. Reaksi bermacam-macam. Bergantung pada penampilan dan hasil dari pertandingan. 

Biasanya, tayangan yang paling ditunggu adalah kompetesi Liga Champions. Alasannya, soal preferensi tim kesukaan.

Contohnya, saya yang menyukai tim Barcelona (Spanyol), tidak memiliki tim kesukaan di Liga Inggris. Begitu pula, teman-teman lainnya. Ada yang hanya suka tim di Liga Inggris tetapi tidak mempunyai tim kesukaan di liga-liga lainnya.

Liga champions menjadi momen yang dinantikan. Terlebih lagi, jika terjadi pertemuan antara tim yang kebetulan disukai. Situasi asrama menjadi heboh. Tim yang menang menjadi kabar sukacita bagi para fans di asrama. Kalah berarti siap dicerca dan diolok. Bahkan ada yang menyembunyikan diri di kamar dan tidak mau keluar kamar hingga situasi menjadi reda.

Sejak pagi tadi, banyak berita tentang Liverpool. Liverpool juara Liga Inggris setelah vakum selama 30 tahun. Sontak saja, halaman media sosial penuh dengan berita tentang Liverpool. 

Liverpool juara di Liga Inggris tentu saja bukan kabar baik bagi Jurgen Klopp dan pemain Liverpool. Ini adalah kabar baik bagi para fans Liverpool yang sudah lama menanti trofi Liga Inggris. Mungkin rasa juara kali ini berbeda dengan rasa meraih trofi Liga Champions musim lalu.

Tak heran, tidak sedikit orang yang mengubah foto profil dengan atribut Liverpool. Ada pula yang menuliskan status tentang kesuksesan tim asuhan Jurgen Klopp tersebut.

Saya coba mengirim pesan ke seorang teman. Fans MU. Fanatik. Profilnya di WA saja, seorang pemain MU. Juga, kalau berbicara tentang sepak bola selalu mengambil referensi dari gaya permainan MU. Tidak terlalu suka jika MU dicela. Selalu pembelaan diri jika MU tumbang dalam sebuah pertandingan.

Saya coba iseng dengan mengirim pesan ke WA-nya. Dalam pesan singkat itu, saya menulis, "Selamat meraih juara Liga Inggris!" Tentunya, saya berkelakar. Pesannya terbaca, tetapi tidak dijawab. Coba menerka-nerka. Mungkin saja dia adalah salah satu dari sekian orang yang merasa terluka dengan pencapaian Liverpool musim ini.

Bukan rahasia lagi jika Liverpool dan MU mempunyai persaingan tersendiri. Meski berbeda kota, kedua tim ini bersaing dalam hal trofi Liga Inggris. Mendapatkan satu gelar, Liverpool kian mendekati pencapaian trofi MU.

Memang sebelumnya, Liverpool menjadi peraih terbanyak trofi liga Inggris. Namun, MU berhasil menyalib Liverpool. MU berhasil berkat tangan dingin Sir Alex Ferguson. Sir Alex Ferguson pergi, tuah Setan Merah jatuh bangun.

Walau demikian, MU tetap tidak menganggap Liverpool. Hingga Liverpool berhasil bertransformasi di Liga Inggris. Tiga tahun terakhir, Liverpool menjadi penghuni tetap di empat besar. Beruntung tahun lalu, niat Liverpool kandas meraih trofi Liga Inggris hanya karena Man City sedikit lebih konsisten. 

Pria Jerman, Jurgen Klopp datang dan seolah menjadi mimpi buruk bagi fans MU. Pelan tetapi pasti, Jurgen Klopp menjadikan Liverpool sebagai tim yang sangat disegani di ranah Inggris dan Eropa.

Pencapaian Liverpool ini bisa berlanjut hingga musim depan. Terlebih lagi, Jurgen Klopp masih berkomitmen di Liverpool. Susunan skuad tidak banyak berubah. Apa yang dicapai saat ini bisa menjadi titik tolak untuk meraih banyak gelar di musim yang akan datang. Dengan ini pula, fans MU bisa kembali gigit jari jika Liverpool tetap menunjukkan kegemilangannya seperti musim ini. 

Gobin Dd

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun