Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Tips Protokol Kesehatan di Pusat Perbelanjaan dari Dokter Reisa dan Pengalaman Pagi Ini

23 Juni 2020   09:50 Diperbarui: 23 Juni 2020   09:46 347
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi ini, pukul 08.00 pagi waktu Filipina, saya dan dua orang teman pergi ke sebuah supermarket. Kami pergi lebih awal agar menghindari antrian panjang.

Kalau tidak pergi awal, antrian bisa panjang di depan supermarket tersebut. Memang sudah ada pengaturan bagi antrian, tetapi antrian kadang membuat diri menjadi bosan. Bahkan antrian juga memungkinkan keramaian jika pengaturannya tidak terarah.

Setiba di depan super market tersebut, antrian pengunjung belum ada. Kursi-kursi untuk pengantri masih kosong. Kelihatannya, kami menjadi orang pertama yang mengunjungi supermarket itu. Setelah beberapa menit, beberapa pengunjung berdatangan. Situasi menjadi ramai.

Di depan pintu, kami mendaftarkan nama kami, nomor handphone, dan alamat tempat tinggal. Boleh jadi ini bertujuan untuk memudahkan pelacakan (contact tracing) jika terjadi penemuan kasus di mall tersebut. Atau juga jika ada pasien yang kebetulan pergi ke mall itu pada hari yang sama dengan kunjungan kami.

Selain itu, suhu badan dicheck dan kemudian satpam menyemprotkan alkohol ke tangan kami. Setelah itu, kami diperbolehkan masuk ke dalam supermarket tersebut.

Supermarketnya tidak terlalu besar. Kalau lebih dari 30-an orang, suasana supermarket itu bisa ramai dan protokol kesehatan a la new normal bisa tidak berlaku. 

Misalnya, soal physical distancing. Kadang kala, dua sampai tiga orang membutuhkan barang yang ditempatkan di rak yang sama. Karena ini, kedekatan antara satu dengan yang lain tidak bisa dielak.

Di dalam mall itu, secara umum setiap orang baik itu pengunjung, pegawai, dan pengelolah mengikuti protokol new normal. Mengenakan masker, tetapi agak sulit mengatur jarak saat bertemu di lorong rak-rak penempatan barang-barang. Ukuran lorongnya tidak terlalu lebar.  

Walau demikian, masih ada saja yang tidak mengenakan masker seturut protokol kesehatan. Barangkali, mereka merasa panas dan tidak nyaman mengenakan masker dalam jangka waktu yang lama sehingga mereka menurunkan masker ke bagian leher mereka.

Tidak terlepas dari pengalaman ini, saya juga membayangkan bagaimana protokol new normal akan diberlakukan di tempat perbelanjaan di tanah air. Keberhasilan dalam menjalankan aturan dan protokol kesehatan a la new normal sangat bergantung pada kesadaran masyarakat pada manfaat protokol itu bagi diri sendiri dan orang lain.

Dengan kata lain, protokol kesehatan itu tidak dilihat sebagai beban. Tetapi itu merupakan cara hidup baru yang mesti dijalankan sebagai hal yang normal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun