Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Ancaman Saudari dari Kim Jong Un pada Korea Selatan Tidak Main-main, Buktinya?

16 Juni 2020   16:00 Diperbarui: 16 Juni 2020   15:59 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kantor hubungan antara Korea Utara dan Korea Selatan. Kantor inilah yang dihancurkan oleh pemerintah Korea Utara sebagai pembuktian atas ancaman mereka pada pemerintah Korea Selatan. Sumber foto: Reuters via BBC.com

Beberapa pekan lalu, Kim Yo-jong, saudari dari presiden Korea Utara (Korut) mengeluarkan pernyataan bernada ancaman kepada pemerintah Korea Selatan (Korsel).  Kim Yo-jong tidak boleh dipandang sebelah mata.

Saudari pemimpin nomor satu Korut ini bermain peran sentral di Korut. Tidak heran, banyak yang menilai jika suara dari Kim Yo-jung juga menjadi representasi dari saudaranya, Kim Jong-un. Makanya, pernyataan Kim Yo-jong tidak boleh dipandang sebelah mata.  

Motif dari pernyataan keras dari Kim Yo-jong itu hadir karena selebaran. Selebaran-selebaran itu disebarkan oleh para aktivis anti Korut dan pembelot dari Korea Utara sendiri. Mereka menyebarkan selebaran-selebran itu bersama beberapa item dari wilayah Korea Selatan yang berdekatan dengan wilayah perbatasan antara kedua negara. 

Agar memudahkan penyebaran selebaran-selebaran itu, mereka menggunakan jasa balon. Balon-balon ini menerbangkan selebaran itu masuk ke wilayah Korut.   

Selebaran-selebran itu berisi seruan dan propoganda anti pemerintah Korut. Pemerintah Korut berang. Kim Yo-jong menyikapi aksi itu dengan keras dan tegas.

Dia meminta pihak Korea Selatan untuk menindak oknum-oknum yang menyebarkan selebaran di wilayah perbatasan. Tidak hanya itu. Kim Yo-jong juga mengeluarkan ancaman jika tidak aksi nyata atas apa yang terjadi.

Tentunya, selebaran-selebaran itu sangat merugikan pihak Korut bila menimbang  kedaulatan sebagai sebuah negara. Siapa pun pasti dirugikan.

Pasalnya, itu berasal dari negara tetangga. Pesannya bernada negatif dan bisa mempengaruhi stabilitas Korut sebagai sebuah negara. Dengan kata lain, aksi-aksi penyebaran selebaran merupakan upaya untuk menganggu stabilitas negara Korut sendiri.  

Padahal, dalam upaya rekonsiliasi, kedua negara sepakat untuk menjauhi semua upaya yang bisa menyebabkan konflik. Termasuk, penyebaran pamflet, selebaran dan informasi yang bisa membangkitkan konflik di antara kedua negara.  

Makanya, Kim Yo-jong memintah pemerintah Korsel untuk menghentikan aksi kaum aktivis anti Korut dan pembelot asal Korut yang dilakukan di daerah perbatasan. Aksi itu, di satu sisi, merugikan pihak Korut sebagai sebuah negara.

Bisa saja, pemerintah Korsel tidak menyikapinya secara serius. Kalau pemerintah Korsel menyikapi hal itu, mengapa kantor hubungan antara kedua negara dihancurkan?

Dengan ini pula, ancaman Korea Utara itu tidak bertepuk sebelah tangan. Melansir berita dari Aljazeera.com (16/6/20) dan BBC News (16/6/20), pihak Korea Utara membuktikan ancamannya itu. Hal itu ditandai dengan penghancuran kantor hubungan antara dua Korea tersebut.

Kantor ini sendiri berada di wilayah Korea Utara. Kantor sudah dikosongkan sejak bulan Januari lalau. Alasannya pengosongannya adalah soal penyebaran virus korona.  

Menteri yang mengurusi hubungan antara dua Korea mengamini penghancuran kantor itu. Penghancuran gedung itu terjadi di salah kota Korea Utara, Kaesong yang dilakukan pada hari Selasa waktu setempat.

Kantor ini sebenarnya menandakan tanda rekonsiliasi antara Korea Utara dan Selatan. Kantor ini juga menjadi medium komunikasi antara dua Korea. Dibangun pada tahun 2018 setelah pertemuan kedua negara. Pada waktu itu, Kim Jong-un, pemimpin nomor satu Korea Utara bertemu pemimpin Korea Selatan Moon Jae-in.

Dengan penghancuran kantor ini, upaya rekonsiliasi itu hanya bertahan dua tahun. Itu juga artinya upaya rekonsiliasi masih menjadi tantangan serius antara Korea Utara dan Korea Selatan.

Penghancuran kantor ini adalah bagian ancaman Korut kepada Korsel. Selain itu, salah satu ancaman lain yang dilontarkan oleh pemerintah Korea Utara adalah bergerak ke wilayah yang sudah netral dari aksi militer.

Wilayah itu dinyatakan bebas dari kegiatan militer lewat kesepakatan damai antara Korut dan Korsel. Jika ini terjadi, situasi bisa menjadi rumit. Konflik akan sulit dihindari.

Penghancuran kantor ini tidak bisa dipandanng sebelah mata. Pada satu sisi, Korut ingin membutikkan ancaman mereka. Dalam mana, kedaulatan mereka tidak boleh digoyahkan oleh aksi-aksi dari luar negara.

Pada sisi lain, penghancuran kantor ini pun bisa menandai akhir dari sebuah upaya rekonsiliasi dari kedua negara yang dibangun pada beberapa tahun terakhir. Dengan ini pula, ini bisa memanasi relasi antara kedua negara.

Entah apa yang akan terjadi selanjutnya. Tentunya, banyak pihak berharap agar aksi Korut ini tidak berujung pada pengulangan sejarah masa silam, di mana banyak korban nyawa yang berjatuhan. Semoga!

Gobin Dd

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun