Dua bulan lalu, sebut saja namanya Mia, belum hamil. Perjumpaan terakhir kami pada bulan Maret. Waktu itu, kegiatan keagamaan.
Pekan lalu, kami bertemu lagi. Dua bulan lebih tidak bertemu. Kali ini, kondisi tubuhnya semakin gemuk. Dia sementara hamil. Gara-gara kondisinya itu, saya mengetahui jika Mia sudah mempunyai pasangan hidup. Â
Saya tanyakan kondisinya itu. Menurutnya, dia sedang hamil tujuh minggu. Anak kedua. Kalau diperkirakan, usia kandungannya itu hampir sama dengan masa waktu karantina.
Saya ceritakan hal itu kepada beberapa orang. Saya coba mengungkit pendapat mereka dengan menyatakan jika masa karantina berdampak pada naiknya tingkat kehamilan pada beberapa ibu muda.
Beberapa orang mengamini pernyataan saya sembari memberikan beberapa tambahan kasus di tempat mereka. Setelah lebih dari dua bulan, banyak ibu-ibu muda yang hamil. Ini hanya menurut bebarapa orang.
Kebetulan ada dua orang ibu berada di antara kami. Mereka juga mengakui jika anak-anak gadis mereka sementara hamil. Hamil setelah dua bulan masa karantina. Mendengar itu, kami tertawa. Bahkan seseorang mengatakan jika setelah sembilan bulan, banyak rumah sakit akan dipenuhi oleh ibu-ibu hamil.
Bahkan ada seorang anak perempuan yang baru tamat kelas XII, setara tamat SMA, yang hamil. Pacarnya juga seorang mahasiswa. Mereka asal se-desa.
Memang situasi seperti ini disesalkan. Mereka masih berada di bangku sekolah. Seyogianya, mereka perlu memikirkan masa depan mereka sendiri.
Selain itu, ini juga menunjukkan rencana dalam keluarga (family planning). Hal ini juga disampaikan oleh beberapa orang. Ada pula yang mengatakan tidak adanya family planning, tetapi yang ada hanyalah family planting.
Dalam arti, orang-orang tidak mempunyai rencana dalam keluarga, termasuk soal anak, tetapi yang terjadi adalah cenderung untuk menghasilkan banyak anak dan dalam usia muda, tanpa berpikir tentang situasi mereka.
Hal ini juga terjadi karena situasi. Situasi memaksa banyak orang, termasuk pasangan suami-istri untuk tinggal di rumah dalam jangka waktu yang lama. Situasi untuk menjalin hubungan laiknya sebagai pasangan suami-istri sulit dihindari. Normal untuk pasangan suami-istri.