Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Beauty Pilihan

Celana Komprang Tinggal Kenangan dan Celana Botol Menanti Masa Akhir

10 Juni 2020   13:28 Diperbarui: 10 Juni 2020   13:24 480
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tren berpakaian kerap kali berubah seturut perjalanan waktu. Biasanya, di awal tahun baru, para pakar gaya hidup akan berdiskusi atau juga memprediksi tentang gaya hidup, termasuk tren pakaian yang akan terjadi di tahun yang baru.

Diskusi dan prediksi itu bisa membahasakan tentang kecenderungan manusiawi. Ingin selalu berubah dan mencoba hal-hal baru. Termasuk soal gaya berpakaian.  

Celana komprang menjadi salah satu tren sewaktu saya masih berada di bangku SMA. Celana yang bentuknya melebar di bagian bawah. Persisnya, itu di tahun 2000-03. Cukup lama tren ini menjadi bagian dari kehidupan harian.

Bahkan kalau tidak salah tren itu sudah ada sewaktu saya masih SMP. Melihat anak SMA yang mengenakan celana komprang ke sekolah, ada keinginan untuk memiliki salah satunya.

Makanya, saya kerap menjahit beberapa celana panjang dengan ukuran komprang di bagian bawah. Bahkan ada yang menambal celana mereka dengan kain tambahan agar membuat ukuran di bagian bawah membesar.

Namun, saat ditelusuri, celana komprang bukanlah gaya hidup baru. Pasalnya, ayah saya masih menyimpan beberapa potong celana komprang di lemarinya.

Situasi perlahan berubah. Dari celana komprang, banyak orang mulai menyukai celana agak agak ketat. Celan di mana bagian bawahnya begitu kecil. Cukup pas untuk kaki masuk. Model celana ini menjadi tren hingga saat ini. Saya masih melihat banyak anak muda mengenakan model celana ini.

Di Flores dan di banyak tempat, orang menyebut model celana ini sebagai celana botol. Model celana ini meledak di pasaran. Di mana-mana dijual model celana yang hampir sama.

Seorang teman pernah mengeluh. Berusia 40-an tahun. Dia mengeluh karena tidak bisa menemukan celana yang ukurannya agak lebar jika dimasukan di kaki. Yang ditemukannya banyak celana berukurang kecil di bagian kaki. Menurutnya, tidak cocok untuk ukuran kakinya.

Untuk sementara ini, banyak orang yang masih nyaman mengenakan celana botol. Entah sampai kapan. Namun, menimbang kecenderungan manusia yang ingin mengubah gaya hidup di setiap waktu, masa celana botol juga kelak akan berakhir. Bisa saja model celana komprang kembali ke perederannya.

Bagi saya, berada di usia 30-an tahun, pilihan celana tidak lagi terikat pada tren. Lebih bergantung pada kenyamanan. Kalau ukurannya nyaman, tanpa peduli model, itu yang dipilih. Kalau mengikuti model, tetapi tidak nyaman, itu hanya membuat diri kita juga tidak nyaman untuk tampil di depan orang lain.

Sejatinya, prihal gaya hidup seyogianya bergantung pada kenyamanan. Kenyamanan berpakaian yang berdampak pada kepercayaan diri di hadapan orang lain.

Kenyamanan itu juga ditentukan oleh kecocokan dan kesusaian model pakaian dengan ukuran tubuh. Tetapi kalau tidak, itu tidak bisa memberikan kenyamanan.

Suatu kali, di depan rumah, bersama dengan teman-teman sekompleks, kami melihat salah seorang anak SMA yang mengenakan celana SMA bermodelkan celana botol. Persoalannya, betisnya terbilang besar sehingga begitu fit dan ketat. Betisnya terlihat, tetapi tidak menarik. Memang, penilaian kami subyektif. Paling tidak, mengikuti model pakaian juga berdampak pada kesukaan orang lain untuk menyenanginya. Dalam arti, model berpakaian juga membuat orang lain nyaman.

Alih-alih mengikuti gaya berpakaian orang lain, tetapi bentuk tubuh tidak sesuai dengan ukuran tubuh. Jadinya, penampilan tidak menarik di mata.

Saya kira bergaya mesti sesuai dengan ukuran dan bentuk tubuh. Entahlah! Tidak semua gaya berpakaian orang lain bisa ditiru. Bisa jadi pada tubuh orang lain, gaya berpakaian tertentu sangat sesuai dan cocok. Tetapi pada diri kita, gaya berpakaian tersebut tidak sesuai karena memang bentuk tubuh kita sangat berbeda. 

Gaya hidup kita sering kali berubah. Ini nampak pada pelbagai model pakaian yang mengitari kehidupan harian kita.

Cara kita berpakaian kerap kali mengikuti tren yang sementara terjadi di tengah kehidupan sosial. Karena ini, tidak sedikit yang cenderung mengikuti tren. Namun, hemat saya, yang penting cara berpakaian nyaman, tidak perlu kita selalu mengikuti tren tertentu. Alasannya, tidak semua tren berpakaian cocok dan sesuai dengan bentuk dan ukuran tubuh kita.

Gobin Dd

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Beauty Selengkapnya
Lihat Beauty Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun