Sejatinya, prihal gaya hidup seyogianya bergantung pada kenyamanan. Kenyamanan berpakaian yang berdampak pada kepercayaan diri di hadapan orang lain.
Kenyamanan itu juga ditentukan oleh kecocokan dan kesusaian model pakaian dengan ukuran tubuh. Tetapi kalau tidak, itu tidak bisa memberikan kenyamanan.
Suatu kali, di depan rumah, bersama dengan teman-teman sekompleks, kami melihat salah seorang anak SMA yang mengenakan celana SMA bermodelkan celana botol. Persoalannya, betisnya terbilang besar sehingga begitu fit dan ketat. Betisnya terlihat, tetapi tidak menarik. Memang, penilaian kami subyektif. Paling tidak, mengikuti model pakaian juga berdampak pada kesukaan orang lain untuk menyenanginya. Dalam arti, model berpakaian juga membuat orang lain nyaman.
Alih-alih mengikuti gaya berpakaian orang lain, tetapi bentuk tubuh tidak sesuai dengan ukuran tubuh. Jadinya, penampilan tidak menarik di mata.
Saya kira bergaya mesti sesuai dengan ukuran dan bentuk tubuh. Entahlah! Tidak semua gaya berpakaian orang lain bisa ditiru. Bisa jadi pada tubuh orang lain, gaya berpakaian tertentu sangat sesuai dan cocok. Tetapi pada diri kita, gaya berpakaian tersebut tidak sesuai karena memang bentuk tubuh kita sangat berbeda.Â
Gaya hidup kita sering kali berubah. Ini nampak pada pelbagai model pakaian yang mengitari kehidupan harian kita.
Cara kita berpakaian kerap kali mengikuti tren yang sementara terjadi di tengah kehidupan sosial. Karena ini, tidak sedikit yang cenderung mengikuti tren. Namun, hemat saya, yang penting cara berpakaian nyaman, tidak perlu kita selalu mengikuti tren tertentu. Alasannya, tidak semua tren berpakaian cocok dan sesuai dengan bentuk dan ukuran tubuh kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H