Masa karantina sekiranya menyisakan pelbagai macam pelajaran untuk kita. Tidak gampang tinggal di rumah untuk jangka waktu yang lama.
Bukan saja rasa bosan yang menghampiri, tetapi keadaan ekonomi keluarga juga bisa mencekik leher. Makanya, saat pelonggaran masa karantina berakhir, tidak sedikit orang yang merasa senang.
Di desa saya tinggal di Filipina, pada awal pelonggaran masa karantina, beramai-ramai para pekerja bangunan mendatangi kantor pelayanan medis desa. Meminta surat keterangan tanda sehat.
Dengan surat itu, mereka bisa diperbolehkan untuk kembali ke tempat kerja, walau masih terbatas di dalam wilayah tertentu. Paling tidak, ancaman kelaparan menemukan jalan keluarnya.Â
Terlebih lagi mereka yang berpendapatan harian. Bekerja sehari berarti mendapatkan pendapatan. Pendapatan ada, kebutuhan dapur dan yang lainnya bisa terpenuhi.
Tetapi, tanpa pekerjaan, mereka kehilangan pendapatan. Mereka inilah yang umumnya mengeluh di masa karantina. Juga, sulit dibayangkan jika anak-anak mereka tetap bersekolah secara online sementara mereka sendiri hidup tanpa pendapatan. Jadinya, kesulitan kian menumpuk.
Selain itu, masa karantina juga menyisahkan kekecewaan pada beberapa orang. Kecewa karena masa kelulusan tidak dirayakan sebagaimana yang terjadi di tahun-tahun sebelumnya.
Di Filipina, acara wisuda sudah dibuat sejak bangku Taman Kanak-Kanak. Saya kira hal yang sama mulai menjamur di beberapa tempat di Indonesia.
Sejam masa kanak-kanak, mereka sudah familiar dengan acara wisuda. Acara wisuda ini menjadi momen yang sangat dinanti-nantikan oleh anak sekolah dan orangtua. Ini adalah salah satu acara di mana anak dan orangtua memberikan penampilan terbaik mereka. Ya, saya perhatikan orangtua akan berpenampilan "waw" saat menghadiri acara wisuda dari anak-anak mereka.Â
Gara-gara karantina, acara wisuda ditiadakan. Tidak ada penampilan terbaik. Tidak ada foto kenangan wisuda yang bisa disebarkan lewat medsos atau pun kesempatan yang bisa dirayakan oleh banyak orang.
Selain situasi di bangku sekolah, juga terjadi di dalam relasi pasangan kekasih. Gara-gara korona, banyak pasangan yang harus membatalkan acara pernikahan mereka.