Orangtuanya sangat religius dan menghidupi kehidupan agama dengan setia tanpa bersentuhan dengan praktik perdukunan. Kalau sakit, ya ke dokter dan bukan ke dukun, menurutnya,
Selain itu, dia juga bersekolah dan mengajar di sekolah berpayung agama. Lebih jauh, dia selalu terlibat aktif dalam kegiatan keagamaan.
Karena lingkungan ini, dia mempunyai pandangan yang berbeda tentang realitas perdukunan. Malah, dia lebih memilih agama (imannya kepada Sang Khalik) sebagai solusi dalam menjawabi persoalan yang kadang sulit dipahami secara akal sehat daripada dukun. Â
Saya kira ini juga berlaku untuk semua. Konteks di mana kita dibentuk bisa membentuk pola pikir dan tindakan kita.
Bahkan, ini juga membentuk kita dalam memilih antara iman seturut ajaran agama atau percaya pada kekuatan dukun. Atau juga meyakini keduanya, tanpa peduli mana yang lebih benar.
Tidak gampang untuk mengubah pola pikir kita. Perubahan boleh mungkin terjadi jika hal ini dibarengi dengan perubahan formasi di lingkungan sosial.
Gobin Dd  Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H