Ketakutan dibarengi dengan situasi yang tidak pasti. Pasalnya, pemimpin, guru dan Tuhan mereka, Yesus meninggalkan mereka dengan cara yang sangat tragis. Padahal, para pengikut menilai jika Yesus yang mereka anggap Penyelamat bisa mengeluarkan mereka dari situasi sulit dan membawa mereka pada kehidupan yang lebih baik.
Namun, kenyataan berbeda yang terjadi. Yesus malah disalibkan dengan cara yang menyakitkan. Penyaliban adalah cara yang berbeda, tetapi ini mengingatkan konsekuensi menjadi pengikut Yesus.
Tentunya, situasi ini menghadirkan ketakutan dan ketidakpastian pada diri para pengikut. Mereka kehilangan harapan.
Para pengikut takut dan cemas dengan apa yang terjadi pada Yesus. Jangan sampai apa yang terjadi pada Yesus itu juga terjadi pada diri mereka.
Hal yang sama juga terjadi pada kita selama pandemi korona. Kita mesti tinggal di rumah. Walau ada dari antara kita yang dipaksakan untuk dirumahkan. Kita dirumahkan karena kita cemas dengan pandemi korona.
Rumah menjadi tempat persembunyian yang nyaman. Rumah menjadi tempat untuk mengamankan diri dari serangan virus korona.
Tinggal di rumah karena korona. Kita cemas dengan pandemi yang sementara terjadi. Berbarengan dengan ketakutan ini, kita juga merasa tidak pasti.
Pasalnya, dari data yang kerap ditampilkan setiap sore, jumlah pasien terus bertambah. Situasi menjadi tidak pasti.
Situasi dirumahkan selama pandemi serupa dengan situasi para pengikut Yesus. Mereka juga memilih rumah untuk menyelematkan diri dari kenyataan yang mereka hadapi di luar rumah. Takut dalam ketidakpastian.
Walau demikian, kehadiran Yesus di tengah mereka membawa nafas baru. Roh Kudus.
"Terimalah Roh Kudus (Yohanes 20:22)" Demikian kata-kata harapan yang dilontarkan oleh Tuhan Yesus kepada para pengikut-Nya yang berada dalam ketakutan dan ketidakpastian. Â