Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kontrol Sosial, Cara Menjaga Sesama agar Tidak Jatuh pada Kesalahan yang Sama

30 Mei 2020   08:42 Diperbarui: 31 Mei 2020   01:36 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menasihati seseorang bukanlah perkara gampang. Kita tidak hanya membutuhkan keberanian, tetapi kita juga membutuhkan kekuatan tertentu seperti posisi dan kekuasaan. Dengan itu, kita mungkin mempunyai wewenang yang diakui untuk menegur dan memberikan nasihat.

Tetapi tanpa itu, teguran kita bisa bertepuk sebelah tangan. Atau juga, orang yang ditegur bisa berbalik arah dan memarahi kita. Bahkan dia akan mencari-cari kesalahan kita seolah membenarkan kesalahan dirinya.

Memberi nasihat dan menegur yang bersalah seyogianya menjadi bagian dari sistem kehidupan sosial kita. Misalnya, saat ada yang tidak mengenakan masker di tempat publik, kita berhak untuk menegur dan mengingatkan yang bersangkutan. Namun, faktanya kerap kali kita membiarkan hal itu atau menunggu petugas untuk membenarkan kesalahan yang ada di depan mata. 

Hemat saya, ini terjadi karena tidak adanya sistem kontrol sosial yang terbangun di dalam lingkungan sosial kita. Kecenderungan yang terjadi adalah kita lebih mau dikontrol oleh otoritas daripada sesama di sekitar kita. Sebagai akibat, adanya pembiaran saat orang tidak patuh aturan atau melakukan kesalahan.

Semasa saya tinggal di sekolah berasrama, kontrol sosial merupakan aturan tak tertulis yang berlaku umum. Pendamping asrama mengatakan kalau setiap kami yang tinggal di asrama adalah pendamping asrama. Kami menjaga diri kami sendiri sekaligus menjaga teman-teman yang lain dari kesalahan.  

Dengan kata lain, kami berhak untuk mengoreksi dan menegur teman yang melanggar aturan. Walau kebijakan ini tidak tertulis, setiap orang seolah sudah mengerti aturan mainnya. 

Memang, kalau dipikir hal itu terasa sulit untuk dipraktikkan. Pasalnya, tendensi sebagian besar dari kita yang tidak mau dikoreksi kalau melakukan kesalahan. Bahkan, saat dikoreksi, tendensinya adalah marah, tersinggung dan membela diri.

Namun apa yang sulit dipikirkan itu, tidak mustahil dilakukan. Kontrol sosial menjadi salah satu kosa kata penting dalam menjaga ketertiban di asrama dan di sekolah. Saat ada yang bersalah, yang bersangkutan diingatkan, ditegur dan diarahkan pada arah yang benar.

Sesama menegur sesama. Bukan karena faktor dukungan kuasa dan posisi, tetapi karena faktor relasi sebagai sesama penghuni sebuah komunitas. Toh, hasil dari kontrol sosial itu bukan untuk orang lain, tetapi demi kepentingan bersama di sebuah komunitas.

Biasanya, jam makan siang dan malam menjadi waktu untuk mengevaluasi apa yang terjadi. 30 menit dialokasikan untuk makan bersama. Setelahnya, ada sesi pengumuman dan himbauan. Kalau ada yang mau berbicara, terutama hendak mengungkapkan koreksi, yang bersangkutan diberi tempat.

Cara penyampainnya halus. Tidak melukai pelaku yang bersalah. Diskusi untuk persoalan itu terbuka untuk siapa saja. Tujuannya, untuk mengevaluasi dan mencari bersama solusi atas persoalan tersebut. Jadinya, kontrol sosial bukanlah sebuah aksi mengadili, tetapi membantu sesama untuk tidak masuk dalam kesalahan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun