Secara umum, untuk konteks Indonesia berpacaran pada SMA memang terjadi. Tetapi tidak sedikit orangtua yang menghendaki agar anak mereka tidak boleh mempunyai pacar saat masih SMA.
Makanya, kecenderungan yang terjadi adalah menyembunyikan pacar sewaktu SMA dari pandangan orangtua. Pacaran hanya di sekolah, kalau ada kerja sekolah, dan acara-acara tertentu. Selebihnya, tidak gampang untuk mengelabui orangtua untuk berpacaran.
Namun, pemandangan yang saya saksikan menunjukkan sisi lain dari kehidupan bersosial dan berbudaya. Anak tidak perlu menyembunyikan fakta yang sementara dijalani. Meski masih berusia remaja, dia bebas mengekspresikan diri dan ada pengakuan dari keluarganya.
Memang, resikonya besar jika berpacaran saat masih berusia remaja. Usia-usia yang rentan untuk mencoba-coba hal yang sebenarnya tidak boleh dilakukan. Kalau tidak dikontrol dan dibekali pengetahuan yang memadai, relasi itu malah bergerak pada arah yang salah. Seperti, kehamilan di usia muda.
Makanya, peran orangtua di sini sangat penting. Bukan untuk membatasi, tetapi sekiranya mengontrol dan mengingatkan status dari relasi. Kalau anak berpacaran, mereka sekiranya diarahkan pada relasi yang benar dan tepat.
Dalam mana, di balik relasi itu, mereka juga diingatkan tentang prioritas hidup yang mesti mereka jalani. Tujuannya, supaya kedua belah pihak tidak terluka oleh relasi yang salah. Juga, mereka bisa mendapatkan cita-cita hidup yang mereka inginkan.