Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mentalitas Antisipasi, Jalan Keluar agar Kita Tidak Panik di Tengah Krisis

18 Mei 2020   17:23 Diperbarui: 18 Mei 2020   17:30 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: Pexel.com

Sewaktu masih berada di bangku sekolah, ada salah satu situasi yang kadang kala membuat saya jengkel dan cemas. Itu terjadi saat seorang guru memberikan tes atau ujian secara tiba-tiba.

Pemberian tes secara tiba-tiba menjadi momok bagi siswa yang tidak siap. Tetapi itu adalah keuntungan bagi seorang guru dalam proses penilaian. Guru bisa tahu siswa mana yang belajar mengulangi pelajaran yang telah diberikan lewat memeriksa hasil ujian itu.

Tidak masalah, kalau seorang siswa sudah belajar pada beberapa hari sebelumnya. Tentunya, situasi itu adalah berkat bagi seorang siswa yang selalu siap. Berkat itu bukan saja peluang untuk memperoleh nilai bagus, tetapi guru juga tahu tentang kesiapannya sebagai seorang siswa.

Tetapi kalau tidak siap, bukan hanya rasa cemas yang menghantui, tetapi juga kecewa dan menyesal pada diri sendiri karena tidak menggunakan waktu belajar dengan baik.

Satu-satunya solusi adalah selalu mempersiapkan diri setiap waktu, entah itu ada ujian ataukah tidak ada. Persiapan diri itu merupakan langkah antisipasi pada setiap kemungkinan adanya tes atau ujian tiba-tiba.

Belajar setiap hari bagi seorang siswa merupakan bentuk dari mentalitas antisipasi agar selalu siap berhadapan dengan situasi seperti ujian tiba-tiba. Ujian tiba-tiba merupakan kemungkinan yang tidak bisa diprediksi. 

Di tengah kita berhadapan dengan pandemi korona, kita perlu melihat persiapan kita. Apakah kita sungguh-sungguh mengantisipasi kehadiran korona di tengah konteks sosial kita? Sejauh mana persiapan kita itu menghadapi pandemi korona?

Mencermati situasi yang terjadi, persiapan itu tidak terlalu menyata. Mental antisipasi begitu lemah. Pemerintah boleh saja mengeluarkan pelbagai banyak instruksi yang berhubungan dengan solusi mencegah korona. Tetapi, pada level masyarakat, tidak sedikit yang tidak peduli. Bahkan terkesan santai dan tidak tahu dengan situasi yang terjadi.  

Negara Vietnam adalah salah satu negara berkembang yang menarik perhatian dunia dalam menghadapi dan menangani wabah virus korona. Letak keberhasilan Vietnam itu terjadi pada pelbagai langkah persiapan sebelum negara yang berpaham komunis tersebut berhadapan dengan kasus korona. Vietnam sudah mengantisipasi virus korona sebelum kasus itu masuk ke negara tersebut.

Di saat China sementara serius berhadapan virus korona, pemerintah Vietnam mulai perlahan-lahan memberlakukan langkah-langkah preventif agar virus itu tidak menyerang secara masif di negara mereka. Tempat-tempat publik di tutup. Penerbangan dari China ikut ditutup.

Antisipasi yang dibuat sejak awal ini berbuah hasil yang positif. Kasus hanya berkisar di angka 300-an dan nol kasus kematian. Saat ini, Vietnam berangsur kembali pada aktivitas harian.

Vietnam melakukan langkah antisipasi sedini mungkin. Pasalnya, pada awal bulan Januari, Vietnam sudah melakukan persiapan. Ketika kasus pertama ditemukan pada 23 Januari, Vietnam bertindak cepat agar korona tidak menyebar luas. Situasi di Vietnam menggambarkan mentalitas antisipasi pemerintah dan masyarakat pada situasi yang terjadi karena korona. (BBC.com 15 Mei 2020).

Apa yang dilakukan oleh Vietnam merupakan pelajaran berharga dalam mempersiapkan diri berhadapan dengan krisis. Persiapan sejak awal menjadi langkah antisipasi yang terbilang tepat dalam menghadapi pelbagai kemungkinan buruk karena wabah virus korona.

Hasil yang baik selalu bermula dari persiapan. Kalau kita ingin mencapai hasil yang memuaskan, kita mesti melakukan persiapan tertentu. Persiapan itu pun merupakan bentuk antisipasi kita pada hal-hal yang tidak terduga.

Pada satu sisi, kita bersiap agar kita tidak terlalu terpukul oleh krisis. Pada sisi lain, kita mempersiapkan diri agar kita mengantisipasi segala kemungkinan yang terjadi di luar prediksi. Dengan ini, kita terlalu cemas dan kuatir dengan pelbagai kemungkinan yang terjadi.

Dalam berhadapan pandemi korona ini, salah satu persoalan yang bisa kita lihat adalah mentalitas masyarakat. Sebelum kasus korona masuk ke Indonesia, tidak sedikit orang yang tidak mau peduli. Bahkan saat korona sudah ada di Indonesia, tempat-tempat yang negatif korona terkesan tanpa persiapan.  

Adik saya bercerita tentang situasi di kota kami, di Flores. Saat ada pasien yang dinyatakan pasien dalam pengawasan (PDP) di rumah sakit daerah, seketika itu juga situasi kota berubah sunyi. Sangat sedikit yang keluar rumah.

Tetapi saat pasien itu dinyatakan negatif korona, kota kembali ramai walaupun pihak pemerintah menghimbau untuk tetap tinggal di rumah dan menjauhi keramaian.

Mentalitas seperti ini sudah membahasakan tentang langkah persiapan yang terjadi di lapangan. Tidak ada langkah antisipasi apabila virus sudah ada di depan mata. Makanya, saat terjadi kasus pertama diumumkan ke publik, banyak orang yang cemas dan takut.

Rupanya, sikap antisipasi kurang mengakar di tengah masyarakat. Umumnya, banyak orang baru mempersiapkan diri di saat persoalan sudah berada dekat di depan mata.

Tetapi, saat persoalan masih jauh di seberang lautan, orang-orang tidak mau peduli. Tidak heran, hasilnya pun tidak memenuhi target dan bahkan di bawah standar.

Tetapi kalau persiapan itu dilakukan sejak awal, persoalan bisa ditangani secara teratur. Kita pun bisa mengantisipasi pelbagai kemungkinan yang tidak terduga. Pada akhirnya, kita merasa nyaman dan bukannya panik.

Persiapan diri merupakan langkah antisipasi pada segala kemungkinan yang datang dan terjadi di dalam hidup kita. Situasi karena krisis korona membawa pelbagai kemungkinan. Kemungkinan itu bukan saja soal medis, tetapi itu menyangkut persoalan ekonomi.

Kalau kita sudah mempersiapkan diri, kita bisa menghadapi krisis dalam situasi aman terkendali. Apalagi kalau persiapan itu melibatkan pelbagai langkah-langkah antisipasi untuk melihat kemungkinan-kemungkinan terburuk terjadi.  

Jadi, mentalitas antisipasi itu sangat penting. Kita mempersiapkan diri dengan hal-hal yang dinilai bisa membantu kita dalam menghadapi krisis dan dengan sikap mengantisipasi kemungkinan terburuk.

Gobin Dd

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun