Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hasrat Menjadi Viral di Media Sosial Tanpa Melukai Perasaan Sesama

4 Mei 2020   18:22 Diperbarui: 4 Mei 2020   18:26 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: Search Engine Journal.com

Memposting karya apa saja di medsos dan internet adalah hak kita. Tetapi hak itu mesti diimbangi dengan isi dan pesan apa yang disampaikan. Pesannya tidak merugikan, tetapi seyogiannya berbobot dan sarat dengan kualitas tertentu bagi orang lain.

Seharusnya, apa pun postingan kita di media sosial selalu mengedepankan kualitas tertentu. Hemat saya, pertanyaan paling mendasar sebelum memuat postingan tertentu adalah apa manfaat postingan itu bagi sesama? Apakah bermanfaat ataukah itu hanya menyebabkan kerugian?

Postingan kita bermanfaat kalau kita menawarkan kualitas tertentu. Kualitas sebuah postingan bisa berupa nilai-nilai kebaikan, tenggang rasa dan empati kepada sesama.

Aspek manfaat dari postingan di media sosial mesti menjadi tujuan pertama dan utama. Menjadi viral bisa menjadi akibat lanjut dari postingan tersebut. Kualitas mesti dikedepankan. Paling tidak, kita berpikir tentang kualitas apa yang kita tawarkan kepada penikmat postingan kita.

Memang kenyataannya, orang lebih peduli menjadi viral. Aspek kualitas dari postingan itu kadang diabaikan. Yang dipentingkan adalah sisi hiburan dan lelucon, manfaat dan kualitas dari postingan itu dikesampingkan.

Hemat saya, hal ini terjadi karena faktor kualitas dunia hiburan kita atau bagaimana kita membangun lelucon dalam relasi sosial. Lelucon yang cenderung hambar dan tidak berbobot. Lelucon yang dibangun dengan merendahkan orang lain.

Misalnya, tidak sedikit dari orang cenderung memanfaatkan ciri fisik seseorang sebagai bahan lelucon. Padahal hal itu sudah merendahkan orang tersebut. Pasalnya, ciri fisik merupakan keunikan setiap orang. Itu bukanlah bahan untuk dijadikan lelucon. Namun, masih ada yang memanfaatkan ciri fisik itu sebagai bahan tertawaan.  

Atau juga, membangun lelucon dengan menyakiti hati orang lain. Kita tertawa senang, tetapi di lain pihak kita sebenarnya melukai hati orang tersebut.

Contohnya, aksi prank ala YouTuber di Bandung. Mereka tertawa senang atas aksi tersebut. Tetapi di lain sisi, aksi itu malah melukai perasaan korban dan bahkan orang-orang yang menonton aksi tersebut.

Media sosial memberikan tempat bagi kita untuk berekspresi. Di balik situasi ini, kita pun diingatkan mengenai model dan konten dari ekspresi diri kita itu.

Ekspresi diri itu mesti menghadirkan nilai manfaat bagi siapa saja yang melihat postingan kita. Dengan ini, kita menjadikan media sosial sebagai tempat untuk menyebarkan nilai kebaikan dan medium untuk belajar bagi yang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun