Sampai saat ini, vaksin untuk Covid-19 belum ditemukan. Banyak peneliti medis dari pelbagai negara masih bergelut untuk mencari formula yang tepat guna dijadikan vaksin Covid-19.
Tentunya, saat vaksin ini tersedia, kita boleh bernapas lega. Tetapi kalau belum, kita seyogianya selalu setia dan taat mengikuti aturan dan arahan medis agar terhindar dari virus Corona. Selain itu, kita juga mesti bijak dan selektif menangkap informasi, terutama berita tentang obat atau vaksis Covid-19.
Namun, tidak sedikit orang yang dengan caranya sendiri berupaya mencari obat Covid-19. Persoalannya, saat upaya ini tidak dibarengi dengan uji medis yang tepat dan informasi yang benar. Hal ini bermuara, bukan saja pada pemahaman yang salah, tetapi praktik yang salah pula.
Contohnya, dengan apa yang terjadi di Iran. Alkohol metanol dianggap sebagai penyembuh Covid-19.
Penilaian ini menjebak banyak orang pada praktik yang salah. Lebih dari 700 orang yang meninggal dunia sejak pandemi Covid-19 menimpa negara itu. Kematian mereka diduga disebabkan karena mengonsumsi alkohol jenis metanol ini. Alih-alih ingin terhindar dari Covid-19, nyawa malah menjadi korban. Keputusan yang salah ini terlahir dari informasi yang salah.
Prinsipnya, sampai saat ini belum ada vaksin atau obat untuk Covid-19 yang diakui secara global. Terutama yang diakui oleh badan kesehatan dunia (WHO).Â
Karena ini, uji coba pelbagai bahan menjadi obat tanpa pengetahuan dan ujicoba medis untuk dijadikan obat Covid-19 dianjurkan untuk tidak dilakukan. Tahan diri karena taruhannya adalah nyawa kita sendiri.
Entah apa yang merasuki Presiden Tanzania yang menilai kalau obat Covid-19 itu adalah obat herbal yang diproduksi dan berasal dari Madagascar. Obat herbal ini dikemas dalam bentuk teh. Â
Bahan pokok minuman ini dibuat dari tanaman Artemisia. Tanaman artemisia in merupakan salah sumber bahan yang dipakai untuk mengatasi penyakit malaria. Selain bahan dari tanaman Artemesia, obat herbal ini juga dicampur dengan tanaman lain asal Madagaskar.
Minuman ini pun dinamakan sebagai Covid-Organics. Minuman ini dipasarkan setelah diujicoba ke beberapa orang.
Uji coba itu dilakukan dalam waktu tiga minggu. Presiden Madagaskar, Rajoelina sendiri mengatakan kalau teh herbal ini memberikan hasil dalam waktu tujuh hari. Dia mendorong agar anak-anak sekolah juga diberikan minuman ini sedikit demi sekiti setiap hari (22/4/2020).
Presiden Tanzania, John Magufuli sudah mengirimkan pesawat ke Madagaskar untuk mengambil obat herbal tersebut. (BBC News.com 3/4/2020).
Badan Kesehatan dunia (WHO) mengingatkan kalau obat herbal itu tidak mempunyai bukti medis sebagai penyembuh Covid-19. Jadi, hal ini bisa membuka peluang pada praktik yang salah. Ujung-ujungnya, nyawa manusia bisa menjadi taruhan serius.
Langkah Presiden Tanzania ini tidak sendiri. Presiden Brazzaville-Kongo juga berjanji untuk mengimpor minuman ini dari Madagaskar. Bahkan minuman herbal ini sudah dibungkus untuk diekspor ke beberapa negara di Afrika.
Tentang Presiden Tanzania, dia menjadi salah satu pemimpin yang tidak luput dari media atas reaksinya pada pandemi Covid-19. Salah satunya, dia tetap mengijinkan masyarakat untuk beribadah di tempat publik, saat banyak negara Afrika lainnya yang melakukan lockdown.
Menurutnya, virus Corona merupakan demon. Karenanya, dia meminta untuk membuka tempat ibadah. Karena dia percaya ada Tuhan yang merupakan penyembuh yang benar untuk melawan virus Corona atau demon (Quartz 2//5/2020).
Keterlambatan Tanzania bersikap pada virus Corona bisa berdampak pada masalah serius. Hal itu ditunjukkan lewat kematian para pejabat di negara itu. Tiga orang pejabat, menteri Keadilan dan dua anggota DPR negara itu meninggal dalam waktu sepekan. Sebab kematian ketiga pejabat publik ini berkaitan erat dengan Covid-19.
Sejauh ini, negara Tanzania menemukan 480 kasus. Melihat kasus ini, presiden Tanzania malah mengatakan kalau jumlah itu berlebihan. Secara tidak langsung, presiden Tanzania ini meragukan penelitian dari laboratorium nasional.
Presiden Tanzania memang tidak lepas dari kontroversi di masa pandemi. Dia sempat mengatakan kalau Pepaya dan kambing bisa positif Corona. Hal itu didasarkan pada penelititan yang bersifat rahasia yang dilakukan oleh timnya.
Entah apa yang merasuki Presiden Tanzania hingga penanganan virus Corona berada di luar jalur dari penanganan yang diterapkan oleh para pemimpin lainnya. Ini bisa menunjukkan kualitas seorang pemimpin ataukah ketidakberdayaan seorang pemimpin di hadapan krisis.
Makanya, kita bersyukur dengan adanya para pemimpin yang selalu peduli dan berupaya dengan cara yang tepat untuk mengeluarkan kita dari krisis ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H