Pekan lalu, Presiden Amerika Serikat, Donald Trump melontarkan saran yang terbilang membingungkan. Sarannya berupa menyuntikan disinfektan ke tubuh pasien Covid-19.Â
Saran ini terlahir karena menurut laporan medis, disinfektan efektif membunuh virus Corona. Namun, ini hanya berlaku saat virus Corona berada di luar tubuh manusia.
Sontak saja, saran Donald Trump ini mendapat pelbagai macam reaksi dan kritik. Umumnya, tidak setuju dan mempertanyakan kredibilitas Donald Trump sebagai seorang presiden dari negara adidaya.
Bagaimana mungkin Trump melontarkan saran seperti itu. Pasalnya, disinfektan itu sendiri mengandung racun yang bisa membahayakan tubuh bila disuntik atau diminum.
Hemat saya, saran Trump terlahir dari upaya untuk mencari dan berharap pada solusi yang ampuh untuk melawan penyakit Covid-19. Saran itu memang beresiko.Â
Tetapi itu bisa membahasakan salah satu harapan yang ada di benak dari sekian banyak pemimpin dan orang tentang obat dan vaksin untuk melawan wabah virus Corona.
Tidak jarang, harapan bisa terjebak pada langkah dan informasi yang salah. Apalagi kalau hal itu tidak dibarengi dengan kemampuan untuk berlaku selektif, bijak dan teliti.
Informasi yang salah bisa berujung pada praktik yang keliru. Ujung-ujungnya, bukan mengalami kesembuhan dari covid-19, tetapi malah itu menghilangkan nyawa sendiri.
Melansir berita dari Aljazeera.com (28/4/2020), lebih dari 700 orang meninggal dunia di Iran seteleh menelan alkohol berjenis methanol. Â
Hal ini berawal dari pemikiran dan keyakinan kalau methanol bisa menyembuhkan mereka dari penyakit virus Corona. Pemikiran ini muncul dari informasi-informasi yang salah, yang beredar lewat media sosial (Independent.co.uk 28/4/2020).
Pernah juga beredar berita di media sosial di Iran tentang guru dan beberapa orang di Inggris yang berhasil sembuh dari COvid-19 setelah meminum wiski dan madu. Persoalannya, saat masyarakat menerjemahkan dan menyimpulkan berita ini kalau semua alkohol murni dinilai ampuh menyembuhkan Covid-19. Ternyata itu salah besar.