Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mengakrabi Masakan di Rumah dan Mengabaikan Sejenak Masakan dari Luar Rumah

28 April 2020   06:54 Diperbarui: 28 April 2020   07:04 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi memasak di rumah. Sumber foto: via Kompas.com

Tinggal di rumah selama krisis Corona. Pilihan yang harus dibuat kalau kita mau aman dari virus Corona. Keluar rumah berarti membuka peluang terjangkit. Ini juga bisa menjadi penyebab keterjangkitan bagi anggota keluarga yang lain saat kita kembali dan pulang ke rumah.

Suka atau tidak, kita mesti mengakrabi situasi rumah untuk sekian waktu. Mengakrabi situasi rumah untuk jangka waktu yang lama bukanlah perkara gampang. Butuh kreativitas agar hati dan pikiran tetap "at home" dengan situasi rumah.

Di balik itu, kita juga perlahan melepaskan diri dari pelbagai kenyamanan dari situasi dan tempat di luar rumah. Hanya untuk sementara waktu.

Pasalnya, wabah ini bukanlah akhir dari petualangan kita di luar rumah. Prinsipnya, kalau kita taat dan disiplin mengikuti aturan dan arahan pemerintah selama masa penguncian wilayah, kita bisa mengakhiri situasi ini.

Tinggal di rumah tentunya menghadirkan pelbagai perasaan, kesan dan kesadaran baru. Sejauh saya memerhatikan dan mendengar pengalaman banyak teman yang tinggal di rumah selama masa karantina, umumnya mereka mempunyai dan menciptakan pengalaman baru. Pengalaman itu berupa keahlian dan kemampuan baru.

Seorang teman sering menunjukkan hasil latihan bermain piano selama tinggal di rumah. Dari latihan sederhana hingga setelah hampir sebulan dia sedikit demi sedikit bisa memainkan piano untuk sebuah lagu sederhana.

Salah satu pengalaman baru juga berupa membangun keahlian dan kebiasaan untuk memasak di rumah. Yang sudah terbiasa memasak, ini menjadi kesempatan untuk mengasah kemampuan itu dengan menu-menu baru.

Sementara itu, yang tidak terbiasa memasak di rumah, ini menjadi tantangan. Tantangan untuk membiasakan diri memasak di rumah. Terlebih lagi, jika sebelum krisis Corona ini hadir, kebiasaan memasak di rumah begitu jarang dipraktikkan.

Atau juga,  memasak di rumah hanya untuk hal-hal sederhana. Selebihnya, lebih banyak menghabiskan waktu makan dan menikmati masakan di luar rumah.

Memasak di rumah barangkali bukan hal baru untuk sebagian orang. Tetapi untuk sebagian orang, memasak di rumah bisa saja bukan sebuah kebiasaan.

Saya pernah tinggal dengan sebuah keluarga. Empat hari berada bersama keluarga ini. Saya perhatikan kalau kebiasaan memasak jarang sekali terjadi di rumah mereka. Paling-paling yang saya lihat saat salah satu anggota keluarga menyiapkan sarapan untuk kedua anak yang hendak pergi ke sekolah.

Persiapan sarapan terbilang singkat dan sederhana. Bubur instan atau nasih putih, susu dan telur goreng. Biasanya, persiapan untuk memasak makanan siang dan malam membutuhkan waktu agak lama.

Selama empat hari berada di rumah itu, saya tak sekalipun mencicipi makanan yang dimasak di dapur rumah tersebut. Umumnya dipesan atau kami makan di luar rumah. Kondisi menjadi gampang dengan adanya pelbagi aplikasi internet yang membuat pemesanan makanan menjadi gampang.

Situasi keluarga ini gampang dipahami. Suami-istri mempunyai kesibukan. Pergi pagi dan pulang larut malam. Anak-anak pulang sekolah akan ditemani oleh nenek ataukah salah satu pembantu di rumah.

Pembantu rumah tangga juga hanya terbatas pada pekerjaan-pekerjaan tertentu. Jadinya, memasak di rumah bukanlah menjadi kebutuhan dan kebiasaan pembantu rumah dari keluarga ini.

Anak-anak juga menjadi terbiasa makan di luar rumah. Bahkan, kedua anak mereka sudah menjadi terbiasa untuk memesan makanan untuk dibawa ke rumah.

Situasi mungkin agak berbeda saat ini. Banyak rumah makan ditutup. Pesanan internet pun terbatas. Belum lagi, kecemasan pada peluang terjangkit virus corona.

Memasak dan menikmati masakan di rumah menjadi pilihan. Persoalannya, saat memasak bukanlah kebiasaan atau passion. Pada situasi seperti ini, orang akan mengeluh karena keterbatasan akses untuk mendapat makanan dari luar rumah. Selain itu, orang mulai merasa menyesal karena tidak membangun kebiasaan untuk memasak di rumah.

Tinggal di rumah bisa menjadi kesempatan untuk menekuni kebiasaan ini. Bahkan ini bisa menjadi titik awal untuk mengakrabi kebiasaan memasak di rumah dan menikmati menu makanan rumah, daripada sering memesan makanan di dan dari luar rumah.

Tidak salah untuk makan di luar rumah atau memesan makanan dari luar rumah. Namun, memasak di rumah bisa menjadi kesempatan untuk mengisi waktu. Kita juga bisa berinovasi lewat menu makanan.

Saya kira aktivitas memasak bukan sekadar menjadikan bahan-bahan tertentu menjadi makanan layak santap. Tetapi ini juga melibatkan perasaan untuk menyadari masakan apa yang dikehendaki oleh anggota keluarga.

Bahkan dengan memasak, kita bisa tahu apa yang menjadi selera dan keinginan anggota keluarga kita. Semakin seseorang tahu selera anggota keluarga, semakin dia dekat dengan anggota keluarga tersebut.

Ini terbukti dari kecenderungan sebagian dari kita yang mungkin selalu merindukan masakan rumah. Masakan yang sama antara di rumah dan di luar rumah bisa berbeda rasanya. Ini bukan saja soal bumbu. Tetapi karena kedekatan emosional antara kita dan orang yang memasak dengan hasil makanan tersebut.

Tinggal di rumah bisa menjadi kesempatan untuk mengakrabi makanan di rumah. Tentunya, ini bergantung apakah kita biasa memasak di rumah ataukah tidak.

Kalau tidak terbiasa, mungkin ini menjadi kesempatan untuk membiasakan diri memasak di rumah. Proses memasak juga terlahir dari belajar.

Belajar memasak bisa mengisi waktu selama tinggal di rumah. Ujung-ujungnya, kita menjadi tahu memasak dan orang rumah menjadi terbiasa mengakrabi  dengan masakan di rumah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun