Krisis virus Corona menimbulkan pelbagai polemik. Polemik itu bukan saja menyangkut perihal medis, tetapi itu juga melibatkan aspek politik, sosial dan budaya.
Contohnya saja, aksi beberapa wilayah di dunia yang menuntut pemerintah China atas penyebaran virus Corona. Salah satunya, aksi negara bagian Missouri, Amerika Serikat yang menuntut pemerintah China atas penyebaran virus Corona (BBB.com 22/4/2020).
Aksi ini juga mempertanyakan transparansi China dalam menangani virus Corona sejak kemunculannya di Kota Wuhan. Bahkan tidak sedikit yang mengklaim kalau wabah virus yang menyerang dunia saat ini merupakan bentuk kelalaian pemerintah China.
Tentang transparansi, kita mungkin ingat bagaimana nasib, Dr. Li Wenliang (34 tahun) yang pertama kali meniupkan pluit tentang bahaya virus Corona. Peringatannya tidak hanya diabaikan, bahkan si dokter harus berhadapan dengan pihak kepolisian. Dr. Li Wenliang sendiri meninggal dunia karena terjangkit virus Corona (the New York Times, 6/2/2020).
Selain nasib tragis tentang Dr. Li Wenliang, kisah yang hampir sama juga terjadi pada para jurnalis. Para jurnalis ini melakukan pemberitaan secara langsung dari kota Wuhan. Entah karena pemberitaannya ataukah faktor lain, beberapa jurnalis dinyatakan lenyap. Â Ada salah seorang jurnalis warga yang sempat dinilai lenyap, kemudian hadir ke publik.
Adalah Li Zehua yang lebih dikenal sebagai Kcriss Li, seorang jurnalis yang dinyatakan hilang pada masa wabah virus Corona di Kota Wuhan. Setelah ketidakmunculannya selama hampir dua bulan, Li Zehua kembali hadir ke publik lewat tayangan video yang dimuat di aplikasi YouTube kepunyaannya.
Li Zehua adalah seorang jurnalis warga asal China. Dia adalah seorang jurnalis yang begitu ngotot memburu berita tentang wabah virus Corona yang terjadi di kota Wuhan.
Melansir laporan berita dari BBC. com (23/4/2020) dan South China Morning Post (23/4/2020), Li Zhua sempat dinilai lenyap dari muka publik selama hampir dua bulan. Dia masuk ke pemeriksaan polisi pada 26 Februari. Sejak saat itu dia tidak lagi terlihat ke hadapan publik.
Hingga pada beberapa hari lalu, Li Zehua mempublikasikan sebuah video. Dalam videonya itu, dia menyampaikan situasinya, terlebih khusus sejak ketidamunculannya.
Dalam video itu, dia mengatakan kalau dia menghabiskan dua pekan dalam masa karantina di kota Wuhan. Setelah itu, dia melakukan karantina di tempat asalnya. Karantina itu dibuat karena dia baru tiba dari kota Wuhan, yang dinilai sebagai tempat sensitif virus Corona.
Bahkan sejak bulan Maret, dia dilepaskan dari masa karantina dan diperbolehkan untuk tinggal bersama dengan keluarganya.